Translate

Jumat, 22 Mei 2020

MIND MAPPING: Mengenal Tujuan dan Manfaatnya


Mind Mapping merupakan suatu teknis grafis yang memungkinkan untuk mengeksplorasi seluruh kemampuan otak kita untuk keperluan berfikir dan belajar. Beberapa pemaparan tentang Mind Mapping menurut para ahli misalnya, Menurut Bobby De Porter, Mind Mapping (peta pikiran) adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan citra visual dan grafis lainnya untuk membentuk kesan antara otak kiri dan kanan yang ikut terlibat sehingga mempermudah memasukkan informasi ke dalam otak.
Menurut Tony Buzan, Mind Mapping adalah suatu cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran. Sedangkan menurut Sutanto Windura, Mind Mapping (peta pikiran) merupakan metode pencatatan yang dapat mengakomodir untuk keseluruhan dari suatu topik, kepentingan, serta hubungan relatif antar masing-masing komponen dan mekanisme penghubungan nya. beberapa pemaparan tentang pengertian Mind Mapping tersebut dapat ditarik
Dari kesimpulan bahwa Mind Mapping merupakan suatu teknik grafik yang sangat ampuh dan menjadi kunci yang universal untuk membuka potensi dari seluruh otak karena menggunakan seluruh keterampilan yang terdapat pada bagian neo-korteks dari otak atau yang lebih dikenal sebagai otak kiri dan otak kanan dengan menggunakan seluruh ‘cortical-skills’ - kata, gambar, angka, logika, ritme, warna dan kesadaran spasial - yang semuanya dalam satu cara yang unik. Mind Mapping dapat digunakan dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Awal Mula Munculnya
Mind Mapping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan. Serorang psikolog dan ahli paling terkemuka dalam bidang Otak dan Pembelajaran yang telah mengarang 95 buku dan telah diterjemahkan ke dalam 30 bahasa di 150 negara. Tony menciptakan Mind Mapping pada tahun 70-an yang saat ini digunakan lebih dari 250 juta orang diseluruh dunia mulai dari siswa pra-sekolah hingga kelas Eksekutif MBA, dari operator hingga CEO di berbagai korporasi kelas dunia.
Dia berpendapat bahwa penggunaan Mind Maping bisa mempercepat proses memori tetapi juga dapat meningakatkan kreatifitas dan keterampilan menganalisis, dengan mengoptimalkan fungsi belahan otak. Mind Map juga dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan, wawasan dan tindakan.
Gagasan Tony Buzan mengenai Mind Mapping tersebut memicu munculnya beberapa aplikasi. Setiap aplikasi mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Salah satu aplikasi yang paling mudah di gunakan adalah Mindmaple lite. Aplikasi Mindmaple Lite ini dapat dikatakan mudah karena merupakan salah satu aplikasi yang tidak berbayar. Dengan kelebihannya, aplikasi Mind mapple dapat digunakan dengan mudah oleh pengguna.

Tujuan Mind Mapping
Mind mapping dapat menghasilkan catatan yang memberikan banyak informasi dalam satu halaman dan memperlihatkan hubungan antar berbagai konsep dan ide. Maka dengan Mind Mapping, daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi peta yang berwarna-warni, sangat teratur dan mudah diingat serta selaras dengan cara kerja alami otak.
Mind Mapping dapat bekerja dengan baik karena ia menggunakan kedua pemain utama dari ingatan yaitu imajinasi dan asosiasi. Dilihat dari berbagai segi, salah satunya yaitu segi waktu Mind Maping juga dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam mempelajari sebuah informasi.
Hal ini disebabkan karena metode dapat menyajikan gambaran menyeluruh atas suatu hal, dengan waktu yang jauh lebih singkat. Dengan kata lain, Mind Mapping mampu memangkas waktu belajar dengan mengubah pola pencatatan linear menjadi pencatatan yang efektif yang sekaligus langsung dapat dipahami oleh setiap masing-masing indivudu.
Dengan catatan ini maka manajemen belajar pun menjadi lebih mudah. Informasi baru dapat ditambahkan, dihubungkan, dan diasosiasikan kapan saja dengan informasi yang sudah ada sebelumnya.
Dengan adanya Mind Mapping dalam memahami materi secara efektif kita dapat mengingat informasi yang kompleks dengan mudah, melihat gambaran besar beserta penjelasannya dengan mudah, mengatasi informasi yang membludak karena telah ditata dan dikelompokkan sedemikan rupa. Secara psikologis hal ini juga membuat seseorang lebih mudah dalam mengorganisir dan meruntut sebuah permasalahan.
Mind Mapping juga meningkatkan kemampuan seseorang dalam berimajinasi, mengingat, berkonsentrasi, membuat catatan, meningkatkan minat sekaligus mampu menyelesaikan persoalan. Sehingga dengan Mind Mapping kita dapat merangsang sisi kreatif, lewat desain visual yang dengan berbagai macam variasi dan mendorong munculnya ide-ide baru. Mind Maping dapat pula digunakan untuk menjelaskan sebuah tujuan, rencana, ide, maupun pemikiran secara jelas dan terstruktur.

Kelebihan dan Kelemahan Mind Mapping
Telah banyak manfaat dari media pembelajaran Mind Mapping yang telah disampaikan sebelumnya. Tetapi dari beberapa manfaat yang telah disampaikan tersebut setiap media pasti memiliki sebuah kelebihan dan kelemahan masing-masing, termasuk media pembelajaran Mind Mapping ini. Inilah beberapa kelebihan dan kelemahan dari media pembelajaran Mind Mapping :
a.       Kelebihan Mind Mapping
1.      Memudahkan proses pembelajaran
2.      Meningkatkan daya kreatifitas otak
3.      Aplikasi mudah digunakan
4.      Pengunduhan Aplikasi tidak berbayar
5.      Hasil dapat disimpan dengan berbagai format
6.      Hasil dapat di print out
7.      Bisa memasukkan format lain ke dalam Aplikasi yang digunakan
8.      Tidak mudah mengalami not responding saat proses pengerjaan
9.      Catatan lebih terfokus pada inti materi
10.  Memudahkan penambahan informasi baru
11.  Membantu otak untuk mengatur, mengingat, membandingkan dan membuat hubungan

b.      Kelemahan Mind Mapping
1.      Proses berbayar untuk mengupdate versi
2.      Bentuk/ model dari aplikasi masih terkesan kaku
3.      Tema yang dapat digunakan dalam aplikasi terbatas
Dengan menggunakan Mind Mapping, maka proses pengambilan keputusan bisa diselesaikan dengan cepat. cara ini bisa memberi kemudahan jika menghadapi beberapa masalah, misalnya dalam hal pengambilan keputusan.

Senin, 13 April 2020

Analisis dan Rekonstruksi Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah

1.        Prasasti Canggal
1.      ҫâkendre’tigate ҫrutîndriya-rasair ankîkṛte vatsare.
vârendau dhavala-trayodaҫi-tithau bhadrottare kartike.â
lagne kumbhamaye sthiranga-vidite prâtiṣṭḥipat parvate.
liṅgaṁ lakṣaṇa-laksitaṁ narapatiҫ ҫri sañjayaҫ ҫântaye.
2.      gaṅgottuṅga-taraṅga-rañjita-jaṭâ-maulîndu-cûḍamaṇiḥ.
bhasvat-paṅkti-vibhûti-deha-vikasan nâgendra-hâra-dyutiḥ.
ҫrîmat-svañjali-koҫa-komala-karair dewais tu ya(s) stûyate.
sa ҫreyo bhavatâṁ bhavo bhava-tamas sûryo dadatv adbhutam.
3.      bhakti-prahvair munîndrair abhinutam asakṛt svarga-nirvâṇa-hetoḥ.
devair lekharṣabhâdyair avanata-makuṭaiҫ cumvitaṁ ṣaṭpadâbhaiḥ.
angulyâ-tamra-pattraṁ nakha-kiraṇa-lasat-keҫarârañjitântam.
deyât ҫaṁ ҫâҫvataṁ vas trinayana-caraṇâninditâbhojayugmâ.
4.      aiҫvaryâtiҫayodhabhavât sumahatâm apy adbhutânaṁ nidhi.
tyagaikânta-ratas tanoti satataṁ yo vismayaṁ yoginâm.
yo'ṣṭâbhis tanubhir jagat-karuṇayâ puṣnâti na svârthatah.
bhûteҫaҫ ҫaҫi-khaṇḍa-bhûṣita-jaṭas sa tryamvakaḥ pâtu vaḥ.
5.      vibhrad-dhema-vapus-svadeha-dahana-jvâlâ ivodyaj-jaṭaḥ.
veda-stambha-suvaddha-loka-samayo dharmârtha-kâmodbhavaḥ.
devair vandita-pâda-paṅkaja-yugo yogîҫvaro yoginâm.
mânyo loka-gurur dadâtu bhavatâm siddhiṁ svayaṁbhur vibhuḥ.
6.      nâgendrotphaṇa-ratna-bhitti-patitâṁ dṛṣtvâtma-viṁva-ҫri-yam.
surûbhaṅga-katâkṣayâ kupitayâ nûnam ҫryâ vîkṣitaḥ.
yo yogâruṇa-locanotpala-dalaҫ ҫete’mvu-ҫayyâ-tale.
7.      âsîd dvîparaṁ yavâkhyam atulaṁ dhanyâdi-vîjâdhikam.
saṁpannaṁ kanakâkarais tad-amarai (s sâkṣâ)d ivoparjitam.
ҫrmat-kuñjara-kuñja-deҫa-nihi (taṁ liṅ) gâdi-tîrthâvrṭam.
sthânaṁ divyatamaṁ ҫivâya jagataҫ ҫambhos tu yatrâdbhutam.
8.      tasmin dvîpe yavâkhye purusa-pada-mahâlakṣma-bhûte praҫaste.
râjogrod-agra-janmâ prathita-prthu-yaҫâ sâma-dânena samyak.
ҫâstâ sarva-prajânaṁ janaka iva ҫiҫor janmato vatsalatvât.
sannâkhyas saṁnatârir manur iva suciraṁ pâti dharmena pṛthvîm.
9.   evaṁ gate samanuҫâsati râjya-lakṣmîm.
 sannâhvaye'nvayavidhau samatîta-kâle.
 svarge sukhaṁ phala-kulopacitaṁ prayâte.
 bhinnaṁ jagad bhramati ҫoka-vaҫâd anâtham.
10.  jvalaj-jvalana-vidravat-kanaka-gaura-vaṛnah.
mahad-bhuja-nitamva-tuṅgatama-mûrddha-cṛṅgonnatah.
bhuvi sthita-kulâcala-kṣiti-dharocca-pâdocchrayaḥ.
prabhûta-guṇa-saṁpadodbhavati yas tato meruwat.
11.  ҫrîmân yo mânanîyo wudha-jana-nikaraiҫ ҫâstra-sukṣmârthavedî.
râjâ ҫauryâdi-guṇyo raghur iva vijitâneka-sâmanta-cakrah.
râjâ ҫrî sañjayâkhyo ravir iva yaҫasâ dig-vidik-khyâtalakṣmiḥ.
sûnus sannâha-namnas svasur a (vanipater) nyayataҫ ҫâsti râjyam.
12.  yasmiñ châsati sâgarormi-racanâm ҫaila-stanîṁ medinîm.
ҫete râja-pathe jano na cakitaҫ corair na cânyair bhayaih.
kîrtyâdyair alam-arjitaҫ ca satataṁ dharmârtha-kâmâ naraih.
nûnaṁ roditi roditîti sa kalir nâsty aṅҫa-ҫeṣo yataḥ. (Poerbatjaraka 1952: 53)
Artinya :
1.        Pada tahun raja-Ҫaka yang telah lalu dengan ditandai angka ҫruti-indriya-rasa = 654 Ҫaka (atau 732 Masehi), hari Senin, hari baik, tanggal 13 paro-terang bulan Kartika......
2.        Sang dewa Bhawa (Ҫiwa), sang Matahari bagi kegelapan hidup (ini); Yang dihormati oleh sekalian dewa-dewa seraya menelakupkan kedua tangannya yang halus menjadi seperti kupu-kupu untuk menyembaNya dengan hormat; Yang memakai serempang raja-ular; Yang mengembangkan diri menjadi berbagai-bagai kenikmatan yang gilang-gemilang (didunia ini); Yang bersanggul mahkota terhias dengan manikam yang berupa bulan-sabit, dan berkilauan seperti gelombang sungai Gangga yang suci; moga-mogalah Beliau memberi kemuliaan yang sangat besar kepada kamu sekalian.
3.        Kedua kaki sang dewa Bermata-tiga (Ҫiwa), yang bagus sempurna seperti bunga teratai dengan jari-jarinya yang cantik sebagai batang sarinya, mengkilap karena cahaya kukunya; kedua kaki yang dihormati oleh sekalian pemuka para resi seraya berbakti merendahkan dirinya sambil memuja dengan sair-sairan yang sering disairkan karena mereka ingin mendapat kenikmatan dalam akhirat; kedua kaki yang dihormati oleh para dewa dengan dikepalai oleh batara Indra seraya sujud sampai mahkotanya menyentuh tanah, seolah-olah kumbang juga mencium bunga teratai (= kaki kedua) itu; moga-mogalah kedua kaki sang Bermata-tiga yang bagus sempurna itu memberi keselamatan yang kekal kepada kamu sekalian.
4.        Beliau yang, - karena sifatnya yang sangat luhur dan kuasa itu – menjadi gudang segala keajaiban yang besar-besar; Yang senantiasa dengan ikhlas membuang kepentingan Sendiri, slalu membuat heran kepada para pandita ; Yang dengan badanNya delapan memelihara dunia tidak untuk keperluan Sendiri, tetapi karena belas kasihNya; moga-mogalah sang Bermata-Tiga, Raja dari sekalian makhluk, yang mahkotaNya terhias dengan bulan-sabit itu memberi perlindungan kepada kamu sekalian.
5.        Sang Jagad-guru (dewa Brahmâ) yang termulia, Raja pandita dari sekalian pada pandita; Yang kaki keduaNya – seperti bunga teratai – dihormati oleh para dewa; Yang memberi kesenangan, kefaedahan dan kebaikan (didalam dunia ini) ; Yang mengikat tata cara manusia dengan tiang tinggi berkilau-kilauan seperti api menyala, api yang keluar dari badanNya Sendiri, badanNya yang mengkilap seperti emas ; moga-mogalah dewa yang Terjadi-dengan-sendirinya (Svayambhu = Brahmâ) dan sangat berkuasa itu memberi kesempurnaan kepada kamu sekalian.
6.        Sang dewa Wiṣṇu yang dilihat oleh parameswariNya, Dewi Ҫri, dengan mata mengkerling oleh halis lengkung karena marahnya (yang pura-pura), sambil bercermin memandang bayang-bayangannya didalam manikam diatas kepala naga-radja yang membeberkan lehernya; sang dewa Wiṣṇu yang mataNya merah – seperti angkup bunga tunjung – karena sangatNya bersamadi, beliau yang berbaring diatas laut seraya dihormati oleh para dewa untuk pertolonganNya; Moga-mogalah sang dewa Wiṣṇu itu memberi bahaia kepada kamu sekalian.
7.        Adalah pulau mulia, bernama Jawa, yang tak ada bandingannya tentang hasil buminya, terutama hasil padi; kaya akan tambang emas yang semata-mata diaku kepunyaan oleh para dewa; pulau yang penuh dengan tempat-tempat pemujaan suci, terutama pemujaan ,,lingga” tempat yang sangat mulia dan mengherankan, yang didirikan didaerah suci, Kuñjarakuñja namanya untuk keselamatan dan kemakmuran dunia.
8.        Dipulau Jawa tersebut, yang sangat mashur menjadi mustika diantara tempat manusia lain-lainya, disitu ada seorang raja, sang Sanna namanya, - berasal dari keluarga kerajaan tinggi dan mashur karena jasanya yang snagat besar -, memerintah sekalian rakyatnya dengan kebaikan, anugrah dan kehalusan budi, seolah-olah seorang bapa (mendidik) anaknya mulai dari kecil karena cintanya ; yang menaklukkan musuhnya dan seperti sang Manu sangat lama memerintah kerajaannya dengan keadilan.
9.        Setelah raja yang bernama sang Sanna yang seperti bulan bagi turunnya itu, mendiang, - sesudah beliau sangat lama memelihara kebahagian negaranya, dan pergi ke surga untuk merasakan kenikmatan, yakni himpunan buah tabi’atnya yang sangat baik itu, - maka pecahlah negaranya, bingung karena susah kehilangan perlindungannya.
10.    (Adapun) yang berbangkit (menggantinya menjadi raja), yakni seorang yang warna kulitnya berkilau-kilauan seperti emas luluh didalam api yang berkobar-kobar.........; yang mempunyai lengan kuat seperti bukit barisan turun dari puncak bukit indungnya; yang mengangkat kepalanya dengan sangat tinggi seperti bukit Meru (Himalaya) dengan puncaknya; yang kakinya terletak lebih tinggi daripada kepala raja-raja yang duduk di tanah.
11.    Yang mulia dan dihormati oleh sekalian para bijaksana karena pengetahuannya akan kitab-kitab dengan maksudnya yang sulit-sulit; seorang raja yang bertabi’at gagah berani seperti Ҫri Râma, menaklukkan sekalian raja-raja Ҫri Sañjaya, dengan jasanya sebagai Matahari, mashur dimana-mana mempunyai kebahagian. Beliau ialah putra sang Sannaha, saudara perempuan sang raja (Sanna tersebut diatas).
12.    Selama raja ini memerintah kerajaannya yang berpending gelombang samudera dan bertetek bukit-bukit, maka orang yang tidur ditepi jalan raya tidak takut akan penjahat dan bahaya lain-lainnya. Oleh manusia yang kaya akan nama-baik tercapailah selalu kesenangan, kefaedahan dan kebaikan dengan cukup. Sekarang sang Kali seolah-olah hanya menangis-nangis saja, sebab tidak dapat bahagian suatu apa. (Poerbatjaraka 1952: 55)


2.        Prasasti Mantyasih (Prasasti Tembaga Kedu)
        Bagian A
1.        //o// swasti ҫakawarṣātita 829 caitramāsa. tithi ekādaҫi kṛṣṇapaksa. tu. ҫa. wāra. pūrwwabha-drawādanaksatra. ajapādadewatā. indrayoga. tatkāla āj a ҫrī mahārāja rakai watu kura dyah balitung ҫrī dha
2.        rmmodaya mahāҫambhu. umingsor i rakarayān mahapatih i hino. halu. sirikan. wka. halaran. tiruan. pa-larhyang. manghūri. wadihati. makudur. kumonakanni-kanang wanua i mantyāsiḥ winih ni sawaḥnya satū. muang a
3.        lasnya i muṇḍuan. i kayu pa jang. muang poma-han ing kuning wanua kagunturan pasawahanya ri wunut kwaiḥ ni winiḥnya satū hamat 18 hop sawaḥ kanayakān. muang alasnya i susuṇḍara. i wukir sumwing. kapua wa
4.        tak patapān. sinusuk sīmā kapatihana. paknānya pagantyagantyana nikanang patiḥ mantyāsiḥ sānak lawasanya tlung tahun sowang. kwaiḥ nikanang patiḥ sapuṇḍuḥ pu sna rama ni ananta. pu kolā rama ni ḍiṇī. pu pu jĕng
5.        rama ni udal. pu karā rama ni labdha. pu sudraka rama ni kayut piṇḍa prāṇa 5 samangkana kwaiḥ nika-nang patih inanugrahān muang kinon ta ya natūta sānak // sambandhan yan inanugrahān sangkā yan makwaiḥ buatthaji
6.        iniwönya i ҫrī mahārāja. kāla ni warangan haji. lain sangke kapūjān bhaṭāra i malangnaҫeҫwara. ing pūteҫwara. i kutusan. i ҫilābhedeҫwara. i tuleҫwara. ing pratiwarsa. muang sangkā yan antarālika kataku
7.        tan ikanang wanua ing kuning. sinarabhārānta ikanang patiḥ rumakṣā ikanang hawān. nahan matang yan iṇanugrahākannikanang wanua kāliḥ irikanang patiḥ // kunang parṇnaḥhanya tan katamāna de sang pangkur tawān tirip. muang sa
8.        prakāra ning mangilala drabya haji. kring. pa-ḍam apuy. tapahaji. airhaji. rataji. makalangkang. mangrumbai. manimpiki. manghūri. limus galuḥ. sambal paranakan. kḍi. widu. mangidung. hulun haji. mamrasi. ityaiwamādi tan hana deyan
9.        tumamā iriya. kunang yan wuara sukhaduḥ- khanya ikanang patiḥ mantyāsih ataḥ pramāṇā iriya // mangasöākannikanang patiḥ pasĕk  pasĕk i taṇḍa rakarayān sawyawasthāning manusuk sīmā. yathān yan mapagĕha dlāha ning dlāha
10.    rakryān mapatiḥ i himo mahāmantrī ҫrī dakṣottama bāhubajra pratipakṣakṣaya. inangsāan mas su 1 mā 4 wḍihan ga jar pātrasisi yu 1 rakryān halu pu wī-rawikrama. rakryān sirikan pu wariga samarawikrā
11.    nta. wka pu kutak bhāswara. samgat tiruan pu ҫiwāstra. samgat momahumaḥ mamrata pu uttara. kapua inangsāan mas su l wḍihan kalyāga yu 1 sowang sowang // halaran pu kiwing. palar hyang pu pu jĕng. dalinan pu mangu
12.    sö. manghūri pu cakra. wadihati pu ḍapit. makudur pu samwrada kapua inangsöan mas mā 8 wḍihan rangga yu 1 sowang sowang // rakryān mawa-nua dyah talĕs winaiḥ mas su 5 wḍihan rangga yu 1 rakryān anakwi dyah wraiyan
13.    winaiḥ mas su 2 kain blaḥ // juru i ayam tĕas rua miraḥmiraḥ pu rayung wanua i miraḥmiraḥ watak ayam tĕas. marangkap i halaran pu dhanada wanua i pangḍamuan sīma ayam tĕas // juru i makudur rua
14.    patalĕsan pu wiryya wanua i wadung poḥ watak pangkur poḥ. marangkap i wawaha pu jayanta wanua i katangguhan watĕk hamĕas. kapua winaih mas mā 4 wḍihan rangga yu 1 sowang sowang // ayam tĕas luma
15.    ku manusuk. pu wraiyan wanua i paṇḍamuan sīma wadihati. i makudur sang waringin wanua i su-mangka watak kalung barak. i tiruan sang patūngan wanua ing kabikuan ing wḍi taḍahaji punggul. juru ning wadwā rarai i pata
16.    pān pu kṛṣṇa wanua i sumangka watak tangkil sugiḥ kapua winaiḥ mas mā 4 wḍihan rangga yu l sowang sowang // sang juru i patapān mataṇḍa pu soma. juru ning lampuran rakai pipil. juru ning kalula sang nirmala. juru ning mangrakat.
17.    sang manobhawa. winaiḥ pirak. dhā l. kawaiha-narira. // patiḥ kayumwungan irikāng kāla rake eṇḍo rama ni kapur. sukun sang gambhira rama ni ḍuḍu. air warangan si daha rama ni surasti. wahuta ptir si dra-wiḍa rama ni laghawa paṇḍa
18.    kyan si tajak rama ni giliran kapua winaiḥ mas mā 4 wḍihan rangga yu 1 sowang sowang // wa-huta lampuran si sa jaya rama ni pawaka. paṇḍakyan si taṇḍa rama ni narā. kapua winaiḥ pirak mā 8 wḍi-han rangga yu l sowang so
19.    wang // parujar ning patiḥ kayumwungan si harus sama ni kudu. sukun si watu rama ni wīryyan. air barangan si wiҫala. kapua winaiḥ pirak mā 5 wdi-han rangga yu l sowang sowang. kalima ing ptir si wujuk rama ni nakula. juru si ja
20.    na rama ni ҫuddha. i paṇḍakyan si mandon rama ni sonde. samwal si pingul rama ni madhawa. kapua winaih pirak mā 4 wḍihan rangga yu 1 sowang sowang // rāma i tpi siring irikāng kāla. i muṇḍuān gusti si guwi rama ni krami. i
21.    haji huma gusti si hiwā // i tulang air gusti si palarasān rama ni bāhu // i waringin gusti si waringin rāma ni ungĕn // i kayu hasam gusti si wujil rama ni grak // i pragaluh gusti si mni rama ni bhasita samwal // i wuru
22.    t winkas sang mamwa rama ni dhana jaya // i tiruan winkas si lwar rama ni sutisna // ri air hulu si kidut rama ni karṇni // i sulang kuning winkas si kudha rama ni dhidhi // i langka ta jung winkas si sahing rama ni tamui // i samalagi si ta
23.    rā // i wungkal tajam winkas si antara rama ni jutĕ // i hampran kalina si ina rama ni bānā // i kasugihan winkas si hayu // i puhunan winkas si pawā rama ni sumingkar // i praktaha winkas si mangayuḥ rama ni sangkān // i wa
24.    atan winkas si tirip rama ni loka // i turayun i sor winkas si guta. i ruhur si wahī // i kalaṇḍingan winkas si banua // i kḍu kalima di dharmma // i paman-ḍyan winkas si siga rama ni wipula // i tpusan winkas
25.    si aja rama ni klyān // ikā ta kabaiḥ kapua winaih pasĕk pasĕk pirak mā wḍihan rangga yu 1 sowang sowang // widu si majadut. matapukan si barubuḥ. juru paḍahi si na ja. magaṇḍing si kṛṣṇī. rāwaṇahasta si


       Bagian B
1.        mandal kapua winaiḥ pirak mā 2 wḍihan hlai 1 sowang sowang // mangla si kirāta rama ni bhā-ṣitā. muang si butir. mawuai si busū rama ni garagasī. muang si rubiḥ kapua winaiḥ pirak mā 2 sowang sowang // sapra
2.        kāra ni saji sang makudur ing maṇḍala i nmas piṇḍa pāmasanya su 2 mā ku 4 i sampunning mawaiḥ pasĕk pasĕk manaḍaḥ sang wahuta hyang kudur. muang wadwā rakryān sang pinakapangurang. muang patiḥ wahuta rāma i tpi
3.        siring kabaiḥ // lwir ning tinaḍaḥ haḍangan. wök. kidang. wḍus. ginaway samenaka. muang saprakāra ning harang harang ḍeng hasin. ḍeng ha ang. ḍeng tarung. muang hurang halahala hantrīṇi // i sampun ning manaḍaḥ mangḍiri sang makudu
4.        r lumkas manapate. mamantingakan hantrīni. manawurakan hawu. manĕtĕk hayam. i harĕpan wadwā rakryān muang patiḥ wahuta rāma tpi siring kabaiḥ // ling nirarpanapate // īndaḥ kamung hyang pūrwwa. da
5.        kṣiṇa. paҫcima. uttara. sakwaiḥ ta hyang i ruhur i sor. ing maddhya tasak lagi lagi. sumpah lĕmiḥ palar. i panglilir. i tinghal ta. nihannaku sumawak kita. nihan-naku sumangguḥ kita. nihannaku lumamun kita a
6.        ku tat sinangguḥ. aku tak linamun. tan kumuā linganta. sinawakku kita kabaiḥ. sinangguḥku kita kabaiḥ. linamunku kita kabaiḥ tāhiniyakanku. ko pa-munguan. si mning huluan si kiṇḍang jual. si pakawa-kan. ta
7.        sak rahyang ta ramuhun. sirangbāsa ing wanua. sang mangdyān kahyangan. sang magawai kaḍatwan. sang magalagaḥ pomahan. sang tumanggöng susuk. sang tumkeng wanua gaṇa kadi laṇḍapnyān pakaҫa-patha kamu. rahyang
8.        ta rumuhun. ri mḍang. ri poḥ pitu. rakai mata-rām. sang ratu sa jaya. ҫri mahārāja rakai panang-karan. ҫri mahāraja rakai panunggalan. ҫri mahāraja rakai warak. ҫri mahāraja rakai garung. ҫri mahāraja rakai pikatan
9.        ҫri mahāraja rakai kayu wangi. ҫri mahāraja rakai watu humalang. lwiha sangkārikā laṇḍapan yān pakaҫapatha ҫri mahāraja rakai watu kura dyaḥ dharmmodaya mahāҫambhu. ikaing patiḥ watuha nā-yaka lampuran. muang
10.    rāma tpi siring kalang gusti wariga winkas kalima rāma maratā rare matuha manwam. kapua tumohana tpitnya kyan alang alang bhaktinya. kyan ulahualaha ikaing sīma. patī yan anyāya. deyanyā i patīya. te pano
11.    liha i wuntat. te tinghala i likuran. apan hana rakarayān mahapatiḥwlahan makudur tahu manguyut umaraha kamu i denyān pamatī. deyanyā i patiya tarung ryyādagan. tampyal ing paluguhan. sang tākan
12.    i likurĕn. kaḍawuh tĕhĕr tutuḥ tuṇḍunya. siwak hulunya. kakö gulūnya. waltaḥ pahungnya. rantan usūsya. ḍuḍuk hatinya. pangan dagingnya. inum rāḥ-nya.te patuaddakna ya. te patinggĕakna ya. te pākara
13.    kna ya. te paҫesākna ya. pangan tihĕr pĕpĕda-kan. wkasakan hawu kerir. yānangwang umulahulah ikaing sīma sinusuk ning kudur // īndah kamung hyang hayam tulihuliḥ kawuitanyā. wulun pilih sara
14.    nolu mirik tuhān wnang. hantlū ko tan kaguliḥ. tumitik ko tan wūkan. mangliheng ko ring lĕsung tan palu kong manutu. tan katibāna halu. manglingai ko ring tgal tan samwa kong ulung ulung. tan sikap kong ala
15.    palap. matuhapuako. apan dinening hyang pang-rāha ҫapatha. pamĕsĕngĕta. tasak lagilagi sumpan lĕmĕh palar umatī yānangwang umulahulaḥ ikaing sīma sinusuk ning kudur // tasmāt kabuatananya kadyāgā
16.    nikanang hayam. mati tanpa kasangkān. mati tanpa wacu bratan. mati huwus mamangan manginum. mangkana hamĕngana nikanang wang umulahulah ikaing sīma sinusuk ning kudur // tasmāt kabuatakuan-ya kadyāgānika
17.    nang hantlūwung. tan walay i iwirnya. mang-kana hamĕngana nikanang wang lwur ikaing sīma sinu-suk ning kudur // īndah kamung hyang āla kamung hyang apuy. kadi lwirnya itunu ikaing watang kayu saka gögāngan. te patönggrĕ
18.    akna ya. te pākarakna ya. te paҫeṣākna ya. pangan tihĕr pĕpĕdakan. wkasakan. hawu kairir. mang-kana hamĕngana nikanangngwang lwur ikaing sīma sinusuk ning kudur // īndaḥ kamung hyang mangalū. kamung hyang ta
19.    ṇḍang lwaḥ kamung hyang ulāsarpa. kamung hyang wadung sang hyang. ikai matang yan winang manginuyutan. umatī yanangwang umulahulaḥ ikeng sīma sinusuk ning kudur. yan umaraya ing lwaḥ ana wuhaya mangalū sumanghapaya. sumilamaknaya.
20.    rahayun mati kapisan mawūkatan tmu angsama. yānangwang umulahulaḥ ikaing sīma. yan umaraya ning alas hana ulā umatukaya. rahayun mati kapisan mawūkatan. tmu angsama yānangwang umulahulaḥ ikaing sīma
21.    pinaduluran wadwa rakryān sinusuk ning ku-dur // i sampun yan mangkana umuwaḥ ya i ronya. nahan cihnan yan mapagĕh ikanang wanua i mantyāsiḥ mwang ing kuning kagunturan inanugrāhākan rika-nang patiḥ mantyā
22.    siḥ sīma kapatihana. yāpuan hana umulahulaya dlāha ning dlāha. muang ya tan anggā ikanang patiḥ magantyagantya sānak pa camahāpātaka pang-guhanya. matang ya kayatnāknantāsoni nikaing praҫāsti yathā
23.    nya swasthā // panggāngan ring pasuktan i ra-kryān mawanwa pirak kā 1 iwak ring pannay tujung hijo bakul pajuru pirak dhā 4 // likhita citrālekha i walaing punta tarka // tha // (Stutterheim 1927: 212)


Analisis:
            Prasasti yang dikeluarkan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung pada 829 Ҫaka ini ditujukan untuk penguatan kekuasaannya sebagai raja keturunan Sanjaya dengan menyebutkan beberapa raja mulai dari Sanjaya hingga pada dirinya sendiri.
1.        Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya
2.        Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.        Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.        Sri Maharaja Rakai Warak
5.        Sri Maharaja Rakai Garung
6.        Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.        Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.        Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.        Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
            Dalam Prasasti Mantyasih juga dijelaskan bahwa Dyah Balitung menetapkan daerah desa Mantyasih sebagai daerah perdikan. Dalam prasasti tersebut juga disebutkan tentang keberadaan Gunung Susundara (Gunung Sindoro) dan Wukir Sumbing (Gunung Sumbing)
3.        Prasasti Lumpungan
A.      1.  // ҫrīr = astu svasti prajābhyaḥ ҫakakālātīta 674 | 5 | 21 | ...... ravāra
1.     maddhyāham // 0 //
B.       1.  // dharmmārthaṃ kṣetradānaṃ yad = udayajananaṃ yo dadātīҫabhaktyā
2.     hampragrāmaṃ trigrāmvyāmahitam = anumataṃ siddhadevyāҫca tasyāḥ
3.    koҫāmrāgrāvalekhākṣaravidhividitaṃ prāntasīmāvidhānam
4.    tásyaitad = bhānunāmno bhuvi bhavatu yaҫo jīvitaṃ caiva nityam
C.       a.  (tussen de figuren I en II): ṛṣi,
b.    (tussen II en III): prā............
c.    (tussen III en IV): (onleesbaar),
d.   (tussen IV en V): ji............
e.    (rechts naast V): ka (Casparis 1950: 9)
Artinya :
A.      1. Semoga bahagia (selamatlah rakyat sekalian) Tahun Saka-telah berjalan 
      672/4/31 (24 Juli 750 M) pada hari Jum’at
2.     tengah hari
B.       1. dari beliau, dari agama untuk kebangkitan kepada yang maha tinggi telah  
      menganugerahkan sebidang tanah atau taman, agar memberikan kebahagiaan    
      kepada mereka.
2.     yaitu desa Hampra yang terletak di wilayah Trigram yama (salatiga) dengan         
 persetujuan dari siddhadewi (sang dewi yang sempurna atas mendiang) berupa
 daerah bebas pajak atau perdikan
3.     ditetapkan dengan tulisan atau prasasti yang ditulis menggunakan mempelam
4.     dari  beliau yang bernama bhanu (dari mereka) dengan bangunan suci atau
 candi ini selalu merupakan hidup abadi
C.       a.   (ANTARA GAMBAR I & II) = RSI (RESI)
b.     (ANTARA GAMBAR II & III) = PRA (PRANAYAMA)
c.     (ANTARA GAMBAR III & IV) = Tidak Terbaca
d.    (ANTARA GAMBAR IV & V) = Ji...(JIWANMUKTA
e.     (Samping Kanan Gambar V) = Ka...(KAYA-AMSKARA)

4.        Prasasti Kelurak
1.        || namo ratnatrayāya || jayalokeṡvarasugatapadākṣara jayabhadreṡvarasugatapadākṣara ||  jayaviṡveṡvarasugatapadākṣara jaya-----ṡvarasugatapadākṣara || dharṣati yo
2.        lokeṡa(ṃ) dhartu(ṃ) mūrdhnāmitābham api lokeṡvaraṃ | praṇamata taṃ lokeṡaṃ ṡakaladigantāvabhāsanālokeṡaṃ || yātasthāmatacaratayaḥ ṡarumān----| sańgatanavaratnaṃ mām api
3.        bhayabhîtam avacara(n)taṃ || sāmantamantripatisaṃskṛtasatkrameṇa dikcakrarājavijayārjitavikrameṇa |-- ravairivaravîraviravimardanena nityaṃ parārthakaru(ṇā)—mena || ṡailendravańṡatilakena maho
4.        dayena yasya kramāmbujarajaḥ ṡirasā praṇamya | sampūjyate pravararatnasaroruhādyai rājña dhṛtā dhṛtimatā dharaṇîndranāmnā || tenendra________vilokya lokaṃ kṛpāparigatena jagaddhitāya | vai
5.        pulyavipratilakena tathāgatoktam ____balinā bala-utena || gauḍidvîpagurukramāmbujarajaḥpūtottamāńgātmanā__ārthavidāmahārddhisahadāsaṃveda____|_________
6.        prāptābhiṣekaṃ ṡriyā ṡreyah kara _________ vidvadriyā || sarvajñp____________pradāvojvalaḥ sarvasthākhilaloka__________nîlotpalaḥ | maṃjuṡrîr ayam apramevasu
7.        gataprakhyātakîrttimahā_____rājaguruṇā lokārthasaṃsthāpitaḥ || diṣţaḥ spṛṣţaḥ smṛtimi ----itaḥ ----titāpa- itiḥ sasukhasya -----------------setur mmaṃjughoṣaḥ saṃtoṣaṇ
8.        –smāttasmādbhavadbhir--------satkṛtta-------jjapadadṛṣţarataḥ kîrttistambha-----smṛttiḥ || prîyaṃ buddha________________trailokyārcitasaṃkramasya jagataḥ
9.        trātur vidhātuḥ ṡriyaḥ | kṛtvenāṃ pratimāṃ mayā yadamitaṃ prāptaṃ guruṃ bhaktitam seva_______locanaḥ smarajitaḥ___maṃjuṣriyaṃ || ṡakanṛpakālātîtair varṣaṡataiḥ saptabhiṡcaturbhir api | varṣaiḥ ku
10.    māraghoṣaḥ sthāpitavān maṃjughoṣam imaṃ || vyati –rā sita nāmani suraguruvāre ca [------] ṇaṡyatithau | kalavira --aṡ-ina māse sthapitavāñca yathāham            || kîrttistambho ‘yam atulo
11.    dharmmasetur anuttaraḥ | rakṣārthaṃ sarvasatvānāṃ maṃjuṡrî-pratimākṛtiḥ || atrabuddhaṡcadharmmaṡcasańghaṡcāntargataḥ sthitaḥ dṛṣţavyo dṛṣyaratne ‘smin smarārāti
12.    nisūdane || ayaṃ sa vajradhṛk ṡrîmān brahmā viṣṇummaheṡvaraḥ | sarvadevamayaḥ svāmî maṃjuvāg iti gîyate || deṡasyatasya parākṣāṃ parasvasya yatanaṃ sthiraṃ |
13.    māṃjuṡrîr ayam atrāste kurvan tavyohitaṡriyā || da--dcittamūlaḥ karuṇāskandho mahākṣamāṡakhaḥ | abhivān chitāṡrayalavaḥ kalinavakalpadrumo ja
14.    yati || [----]smabhūta---sukha----vi---rājā | tārṣyo rakṣasi rakṣāṃ maṃjuravaḥ sarvabhîtiharaḥ || yace__ carisuńgusudaraju
15.    ttān āgāminaḥ kṣitipatîn ava__sarvān | yuṣmābhir aprati_maḥ pratipālanîyaḥ ṡrîdharmmasetur ayam___bhṛtkumāraḥ || ṡrîsańgrāmadhanaṃja
16.    yanaravarasatkaralabdhaguru [----] kṛtir iyam [-----] (Djafar 2010: 55)


Analisis:
            Prasasti ini berdiri pada tahun 782 M dengan menyebutkan pentahbisan arca Manjusi yang diperkirakan berada di Candi Sewu karena letaknya yang berdekatan. Dalam pentahbisan tersebut dipimpin oleh seorang Benggal yang diperintahkan oleh permata Syailendra yang merupakan pembunuh dari musuh-musuhnya yang gagah perwira yang kemudian diidentifikasikan sebagai Rakai Panangkaran.

5.      Prasasti Kalasan
1.        namo bhagavatyai āryatārāyai // yā tārayaty amitaduḥkhabhavābdhimagnam lokaṃ vilokya vidhivattrividhair
2.        upayaiuḥ / sā vaḥ surendranaralokakavibhūtisāraṃ tārā diśatvabhimataṃ jagadekatārā // āvarja mahārājaṃ dyāḥ pañca
3.        paṇaṃ panaṃkaraṇaṃ / śailendrarājagurubhis tārābhavanaṃ hi kāritaṃ śrīmat // gurvājñayā kṛtājñais tārādevī
4.        kṛtāpi tadbhavanam / vinayamahāyānavidāṃ bhavaraṃ cāpyāryabhikṣūṇaṃ // paṅkuratavānatīrīpa
5.        nāmabhir ādeśaśastribhīrājñaḥ / tārābhavanaṃ kāritam idamapi cāpyāryabhikṣūṇaṃ // rājye pravarddhamā
6.        ne rājñaḥ śailendravaṅśatilakasya / śailendrarājagurubhis tārābhavanaṃ kṛtaṃ kṛtibhiḥ // śakanṛpakālātītāir
7.        varṣaśataiḥ saptabhir mmahārājaḥ / akarod gurupūjārthaṃ tārābhavanaṃ panaṃkaraṇaḥ // grāmaḥ kālasanāmā
8.        dattaḥ saṃghāya sākṣiṇaḥ kṛtvā / paṅkuratavānatīripadeśādhyakṣān mahāpuruṣān // bhurada
9.        kṣineyam atulā dattā saṃghāya rājasiṅhera / śailendravaṅśabhūpair anuparipālyāryasantatyā
10.    salya saṅ paṅkurādibhiḥ saṅ tavānakādibhiḥ / saṅ tīripādibhiḥ pattibhiśca sādhubiḥ // api ca //
11.    sarvān evāgāminaḥ pārthivendrān bhūyo yācate rājasiṅhaḥ / sāmānyo yan  dharmmasetur na
12.    rājṇāṃ kāle pālanīyo bhavadbjiḥ // anena puṇyena vīhārajena pratītya jātārthavibhāgavi
13.    jñāḥ / bhavantu sarve tribhavopapannā janā jinānām anuśāsanajñāḥ // kariyānapaṇaṃkaraṇaḥ srī
mān abhiyācate trabhāviṇṛpān / bhūyo bhūyo vidhivad vīhāraparaparipālanārtham iti //) (Djafar 2010: 51)
Artinya :
“Hormat untuk bhagavatyai āryatārāyai. Setelah melihat makhluk-makhluk di dunia yang tenggelam dalam kesengsaraan, ia menyeberangkan (dengan) tiga pengetahuan yang benar, Ia Tarā yang menjadi satu-satunya bintang pedoman arah di dunia dan (tempat) dewa-dewa. Sebuah bangunan suci untuk Tarā yang indah benar-benar telah disuruh buat oleh guru-gururanya Sailendra, setelah memperoleh persetujuan Mahārāja dyā Pancapana Panamkarana. Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tarā telah didirikan, dan demikian pula sebuah bangunan untuk para bhiksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana, telah didirikan oleh para ahli. Bangunan suci Tarā dan demikian juga itu (bangunan) milik para bhiksu yang mulai telah disuruh dirikan oleh para pejabat raja, yang disebut Pangkura, Tavana, Tiripa. Sebuah bangunan suci Tarā telah didirikan oleh guru-guru raja Sailendra di kerajaan Permata Wangsa Sailendra yang sedang tumbuh. Mahārāja Panamkarana mendirikan bangunan suci Mahārāja untuk menghormati guru pada tahun yang telah berjalan 700 tahun. Desa bernama Kalasa telah diberikan untuk Samgha setelah memanggil para saksi orang-orang terkemuka penguasa desa yaitu Pangkura, Tavana, Tiripa. Sedekah “bhura” yang tak ada bandingannya diberikan untuk Sangha oleh “raja yang bagaikan singa” (rājasimha-) oleh raja-raja dari wangsa Sailendra dan para penguasa selanjutnya berganti-ganti. Oleh para Pangkuran dan pengikutnya, sang Tavana dan pengikutnya sang Tiripa dan pengikutnya, oleh para prajurit, dan para pemuka agama, kemudian selanjutnya. “Raja bagaikab singa” (rājasimhah) minta berulang-ulang kepada raja-raja yang akan datang supaya Pengikat Dharma agar dilindungi oleh mereka yang ada selama-lamanya. Baiklah, dengan menghibahkan vihara, segala pengetahuan suci, hukum sebab akibat, dan kelahiran di tiga dunia (sesuai) ajaran Budhha, dpat difahami. Kariyana Panangkarana minta berulang-ulang kepada yang mulia raja-raja yang akan datang senantiasa melindungi vihara yang penting ini sesuai peraturan.” (Santiko 2013: 4)
6.        Prasasti Ligor B
1.        yo ‘sau rājādhirājas sakalaripugaṇadhvāntasūryyopamaikas
2.        svaujobhiḥ kāntalakṣmyā śaradamalaśaśī manmathābho vapuṣman
3.        viṣṇvākhyo’ śeṣasarvvārimadavimathanaś ca dvitīyas svaśaktyā
4.        sau’yam śailendravaṅśaprabhavanigaditaḥ śrīmahārājanāmā
5.        tasya ca sakalarā (Coedés 2014: 128)

Artinya :
Raja diraja itu (rājādhirāja) yang karena semangatnya [atau:  karena kegemilangannya] bersifat tunggal bagaikan sang matahari penghalau kegelapan yang diwujudkan oleh gerombolan semua musuhnya; yang karena kerupawanannya yang memikat [atau:  karena keindahan bulan (kānta) adalah musim gugur yang tiada cacatnya; dan yang karena daya pikatnya mempunyai rupa seperti Manmatha, (raja) itu bernama Viṣṇu, yang berkat keperkasaannya bagaikan (dewa Viṣṇu) kedua penghancur kesombongan semua musuhnya, dan yang dinamakan Śrī Mahārāja untuk menunjukkan bahwa asal-usulnya dari keluarga Śailendra; - tentangnya … [tidak tamat]. (Coedés 2014: 130)


7.        Prasasti Nalanda
1.        ҫrîvîravairimathanānugatābhidhāna, koning van yavabhūmi,
met de titelҫailendravaṃҫatilaka,
2.        samarāgravîra=tārā (dochter van dharmasetuuit de
somavaṃҫa)
3.        bālaputra, koning van suvarṇadvîpa. (Casparis 1950: 109)

Artinya :
ҫrîvîravairimathanānugatābhidhāna adalah raja dari Bumi Jawa yang mempunyai gelar Syailendra (pendiri) yang bernama samarāgravîra yang sama dengan dewi tara. Dia adalah anak dari …………. Balaputradewa raja dari suvarṇadvîpa.”[1]

8.        Prasasti Ratu  Boko (Prasasti Abhayagiriwihara)
1.        oṃ. dhīgambhīraguhā ᴗ ─                smṛtiҫilaḥ sadvākyadhātūjjvalo maītrīprasravaṇe [ᴗ ─   ᴗ ᴗ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ ͝─ / ─ ─ ─  ᴗ]
2.        dhilokadharmmapavanair = ugrair = na saṃkampitas = aṃ saṃvaddhasumerum = ūrjitaguṇaṃ jñānograҫa ─ ᴗ ͝─ //  ─ ─ ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ᴗ ─ ─ ─
3.        mī dīpyate wikrāntāḥ pratiyānti tirthyavṛṣabhā yasya prabhāvoddhatāḥ/ ─ ─ ─  [ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ͝─ ─ ─ ─ ᴗ ᴗ ─]
4.        ndhanapradahanaṃ saddharmavahnin=name //  ҫaikṣāҫaikṣasahasracakramakaro yaḥ ҫūnyatānirmmalo ni ─ ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ᴗ ─  ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ ͝─ /
5.        <saṃgū> ḍhārthavicāraṇāvaranadīvegiḥ samāpyāyitaṃ ҫikṣāvandanavaddhavelam=amalam=vande guṇā ─ ᴗ ͝─ //
6.        prāptan = tena vuddhatvaṃ samvāsīm = abhavebhave vuddhatvaṃ // adhimuktir = ddhanadevaḥ satatan = a [
7.        <tri> bhuvanakaranāntaḥ pāti no duḥkhamūlaṃ kṣapaya kamalapāṇe prāṇināṃ kleҫajālaṃ [                            ]           saṅgā       [
8.             ] saskandhe pravṛddhadhī     ............ abhidhārthyatāgraphalade jayatī mahārājaka [                          ]           rājyam = alaṃkurvāṇaṃ tejaḥpūrṇṇā [
9.        pa......... dharmmadhani.........  [     ] ṇe karamvāṇau gurau dhanur = vi [                                ]<ava> nipatisa ......... tuṅgam = atulavalavegaviva [
10.    punaḥ karttuṃ pari ......... [          ] ......... pādaiḥ . jinavaravinayoktaiḥ ҫikṣitānā [
11.    vāṇaḥ kṛpaloḥ praҫita [                           ] prajānāṃ . ......... matirabhavannaḥ karttuṃ ҫe [
12.    dānaṃ ҫāsanaḥ syanti . nānā [                            ] ......... ҫakanṛpakālātī [
13.    dharmmatuṅgadevasya ҫailendra [                                ] ......... pāda ......... [
14.    tiṣṭhāṃ vihārasya // sarva [
15.    ......... vihāraparipālanā [
16.    san = tavānakādibhiḥ saṇ = ḍa- [                       ]† ta ......... nyam ........................ †[
17.    tābhir = viҫeṣā ................. [                        ]† ......... ni ҫriyam = avadhā †[
18.    m = anuҫāsanajñā bhavanti [                  ]† ta ......  jātārthavibhāgavijñāḥ †[ (Casparis 1950: 22)
Analisis:
Prasasti Ratu Boko (Abhayagiriwihara) ini berangka tahun 792 M. Dalam prasasti ini membahas tentang Tejahpurnapane Panamkarana yang berarti pembunuh musuh-musuh yang sombong yaitu Rakai Panangkaran yang berkedudukan sebagai Raja Mataram.
9.        Prasasti Karang Tengah (Prasasti Kayumwungan)
A.      Karang Tengah A (Bahasa Sansekerta)
1.        ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─  <amitava> lamahāvajraparyyaṅkavaddhaḥ rakṣatv=āmūlaṣiṃho bhavajabhavacarātyantasaṃkru-
2.        ᴗ ─ ͝─ / ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ ᴗ matarahitottuṅgaҫailasthaҫūro yat=sajjivāparasmāravalam=akhila ─
3.        ─ ᴗ ─ ─ ᴗ ─ ͝─ // ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ varavaҫavatāsāditādharmmavṛndān lokānāṃ laukyavuddhair=agaditam=atu <la-,>
4.        ─   ─ ─ ᴗ ─ ͝─ / ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─  cchidam=akhilabhavavyādhibhaiṣajyam=agraṃ saddharmaṃ yukticittaḥ praṇama <ti>
5.        ᴗ ᴗ ─ ─   ─ ─ ᴗ ─ ͝─ ─ ─ t=kāruṇyam=agrañ=jagati gatiҫatānantaduḥkhābhibhūte bhaktisviyā ᴗ
6.        ─ ─ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ  mānām / prityā rājā tale dandadharatulamahājñānapuṇyaprasūtī-
7.        ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ᴗ ─ ─ ᴗ  tām=vandyavandyaḥ ҫrīmat=samastasugatais=sasutaiḥ parāntyaiḥ nīrukta-
8.        ─ ᴗ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─ / ─ ─ ᴗ ─ -tsu taruṇāṃ=atha duḥkhiteṣu sattveṣu vuddhacariteṣu garīyasīñ = ca  // ҫraddhāñ=ca
9.        ─ ᴗ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─ ─ ─ ᴗ -lāgraguṇavadgaṇam=atyavāҫi / lebhe vigūḍhamanujendragaṇān=mahiṣyaṃ ҫai-
10.    <lendravaṃҫatilaka> ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─ //  vistīrṇṇasaṅga ᴗ ᴗ ─ pyananāmvupūrṇṇa-prauḍhadviṣadvikasitāmvujalocanāni /
11.    tanmaṇḍalā ᴗ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─  nityasmṛtāni sahasaiva samākucanti //  caṇḍapratāpaparitāpitabhūribhū-
12.    paḥ santāpapāvanama ─ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─ / ─ ─ guṇo ‘pi hirapītakaro ‘vadātaḥ sācātirānubhavatoṣavivi-
13.    ktacittaḥ // ҫrīmān=asau samaratuṅga iti kṣitī <ndraḥ> ─ ─ ᴗ ─ ᴗ ҫavidhām=adharo mahīyān / tasyātivallabhatarā
14.    duhiteha cakre grāme jinālayam=araṃ ᴗ ᴗ ─ ᴗ ─ ͝─ // ─ ─ mibhūpaguṇaҫīlavibhūṣanākyā strai-
15.    ṇāgamāvirahitā karuṇātmikā ca / rārajyate na ᴗ  titārya ᴗ ─ ᴗ ─ ͝   ─ ─ ᴗ -rāntaviҫayeṣu karo-
16.    ti bhaktim // sā kāntiñ=candramaso gatiñ=ca haṅsāt=svarañ=ca kalaviṅkāt se ͝͝—͝— ͝— ṇāṃ
17.    harati ҫrīmat=prāmordavarddhanīkhyātā // ҫākaindryāṃ rasasāgarakṣitidharair=yyāntyāṃ sa mā <se ҫucau> ─ ─ ─ ᴗ
18.    ca rāmapakṣavasato kāṣṭātithau tatra ca / tuṃlaināma-umānis=ākhyasahite vāre purāṇād=gu <rau> ─
19.    –pte ҫrīghananātham=āryyasahitaṃ prātiṣṭhipan=mandire tacchenduvimvaҫakalapratimam=vibhāti rāhor=bhiyā sapa-
20.    di sampatitaṃ dharitryāṃ / tasyānupuṇyam=atha vedim=udeti bhūbhṛt  vṛddhais=sakṛtyataruṇair=uṣitaṃ manojña-
21.    m // ҫrīmadveṇuvanābhikhyam=vidhāya jinamandiraṃ yat=puṇyam=āptam=etena daҫad=āpnotu saugatam // padam=atyantaduṣprāpam=anuttaram=agocaram / tatsutānāṃ mayā yuktaṃ tūrṇṇam=eva labbeya yat // auravvāgnir = yā <va>
22.    ----
23.    d = uṣṇaҫvasanavaҫagatāksaṇyadam =                                                                                                                                                                               bodhidṛṣtyā yāvat=prāntā dharitrī vivudhagaṇasamākrāntamūrttiҫ=ca meruḥ / yāva <t = khe>
24.    svān=gabhastin=daҫaҫatagaṇanām=ujjhati                                                                                                                                                                        vyomavṛtraḥ ─ ─ ─ ─ ᴗ ─ ─  sugataguṇagaṇas=tāvad=āstām=vihāraḥ //


B.       Karang Tengah B (Bahasa Jawa Kuno)
25.    // swasti ҫakawarṣātīta 746 jyeṣṭamāsa daҫamī krĕṣṇapakṣa tunglai umanis wrĕhaspatiwāra tatkāla rakarayān <patapā->
26.    n pu palar sang laki-laki pu palar anakabi mawaiḥ sawaḥ sīma ari-kiwa luang ing babadan lmaḥ ri ...........
27.    k winiḥnya ha 3 i kisir lmaḥ ri kayumwuṅan winiḥnya 1 wha 1 i sāntwi karung lmaḥ ri ptir winiḥnya ha 6 ing kaliru ...........
28.    n winiḥnya ha 3 ing kuling winiḥnya ha 3 lmaḥ ri tri haji ekapiṇḍa winiḥnya ha 16 wha 1 tatra sākṣī si rawan si ...........
29.    siḥ wanaiḥ takurang yu 1 sisim 1 suhan-suhan 1 si maṇḍakṣa sang lua paṇḍak anakbanua i ji ...........
30.    takuran yu 1 simsim 1 tasintanamu sang kaniryyan anakbanwa i walimbing watak si ...........
31.    1 wadwā sang makudur kinon umadagga saṅ=anakbanwa magawai ri hawuryyan ea..........
32.    karhyang winaiḥ takurang yu 1 si bahas rama ini mai ........... wi..........
33.    ............ kalima si habak ...........
34.    ............
35.    ............ hlai 1 kalamwi 1 punukan 1 su-
36.    ............ mañjan rama ini pagar winaiḥ takurang yu 1 juru si jati rama ini swara winaiḥ
37.    takurang yu 1 i sukun si madhawa rama ini bhawana winaiḥ takurang yu 1 i wariṅin juru si lañcang rama
38.    ni mari winaiḥ takurang yu i wuatan kalima si maṅga rama ini napal winaiḥ takurang yu 1 i paṇḍa-
39.    kyan juru si rindang rama ini gunung winaiḥ takurang yu 1 i ptir juru si wikrama rama nidhara winaiḥ takurang
40.    yu 1 rama si piṅul rama ini ambari winaiḥ takurang yu 1 i kalima si kunwurama rama ini taji winaiḥ takurang yu
41.    i putiḥ hlai 1 kalambi 1 punukan 1 suhan-suhan 1 i lupaṇḍak kalima si kalap rama ini nanta wi-
42.    naiḥ takurang yu 1 putiḥ hlai 1 kalamwi 1 punukan 1 suhan-suhan 1 juru si danaka rama ini dara winaih
43.    takurang yu 1 parwuwus si hrĕm rama nyawak winaiḥ takurang yu 1 i tri haji rama si pañca rama ini tīrtha winaiḥ takurang yu 1 si-
44.    liḥ juru si ҫaṅkara rama ini carmi winaiḥ takurang yu 1 pawurwus si gunung rama ini rasal winaiḥ takurang yu pawurwus
45.    si katil rama ini buwi winaiḥ takurang yu 1 wariga si sumbut rama ini siddha winaiḥ takurang yu 1 juru matuha nyawit rama
46.    ini ayat winaiḥ takurang yu kalima si sampū rama ini bamung winaiḥ takurang yu 1 si pañca rama ni hrĕng winaiḥ takurang yu 1
47.    putiḥ hlai 1 kalmwi 1 lukai 1 punukan 1 wadung 1 patuk krĕs 1 parwuwus sang kayumwuṅan si haras rama ini
48.    wikrami anakbanwa i tyusan winaiḥ takurang yu 1 parwuwus sang mantyāsih sang kīrti punta ini nabha anakbanwa ri
49.    tri haji winaiḥ takurang yu 1 parwuwus sang lwa paṇḍak 1 kbal rama ini jamin anakbanwa ri tri haji winaiḥ takurang
50.    yu 1 tuhalas ri hulu luwas = si silpa rama ini yada winaiḥ takurang yu 1 tuhalas ri kaṇḍaṅan lamwas = si
19.    saruḥ rama ini kuting winaiḥ takurang yu 1 kinon rakai patapān (Casparis 1950: 41)
Analisis:
Karang tengah A menjelaskan tenntang Samaratungga yang mendirikan bangunan suci Jinalaya yang bernama Wenuwana yang berarti hutan bambu yang diperkirakan di Candi Mendut. Sedangkan pada Karang Tengah B memuat nama yang berhubungan dengan bangunan tersebut. Pada sisi B dijelaskan bahwa pada 10 Kresnapaksa bulan Jyestha tahun 746 Saka atau 824 Masehi, Rakai Patapan pu Palar meresmikan tanah sawah di Kayumwungan menjadi daerah bebas pajak.
10.    Prasasti Magelang 1 (Prasasti Tri Tpusan)
1.        |o|| swasti ҫakawarṣātita 796 marggasiramāsa pa
2.        ñcami suklapakṣa mawulu mitrakaraiҫwara tatkāla
3.        ҫrî kabulunnan manusuk wanwa i tritpussan watak kahu
4.        lunnan simā ni kamalān i bhumi sambhāsa sawaḥ kanayaka
5.        n winiḥnya barnat 1                                 sawaḥ ni winkas winiḥnya hamat
6, 7, 8 ontbreken. (Brandes 1913: 13)
Analisis:
            Menyebutkan bahwa Ҫrî Kahuluman menganugerahkan desa tritpussan untuk membangun dan merawat Sambharabudara yang kini di kenal dengan nama Candi Borobudur.
11.    Prasasti Magelang 2
1.        ǁ o ǁ swasti çakawarṣātīta 806 mārggaçira māsa pañeami çuklapakṣa mawulu wa
2.                            çrī kahulunnan manusuk wanwa i                                                           r                                 kahulunnan
3.                                    
4.                         ḥ sawaḥ ni wanwa haj           
çrī kahulunnan manusukka saṇḍa
5.                         lakibi sang lakilaki pu widya
6.                         Lu winaiḥ wdiḥhan yu 1 ciwakidang kayu mbu
kaṇḍyal winaiḥ wḍiḥhan                                                                                           yu
7.                                                                                                 maṇḍiri winaiḥ wḍiḥhan         gu yu 1      wanwa
8.                                                                           tan saṇḍangwal winaiḥ wḍiḥhan çiwa kidang yu 1 puraḥ manga      i wanwa sowang
9.                                                                         naiḥ wḍiḥhan çiwakidang yu 1 lawanya                     liṇda n winaiḥ wḍiḥhan çiwakidang . yu i  sakṣi sang marhyang
10.                           i     ñca winaiḥ wḍiḥhan putiḥ yu 1                                        i kariya pu masa winaiḥ wḍiḥhan çiwakidang yu
11.                                             blaḥ yu            winaiḥ wḍiḥhan çiwakidang yu 1                    kayu mṛ nsi     winaiḥ wḍi
12.    han                                   yu 1 lrawan lukai 1                 taḥ 1                samantya         winaiḥ wḍiḥhan yu 1 lawan
13.                                                                                 juru i tru i pu mpan sima         winaiḥ wḍiḥhan yu 1 sang matuha i              
14.                                             naiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i lumku si kañci winaiḥ wḍiḥ- han yu 1 suhansuhan 1 ka
15.                                                  la paṇḍak sika winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i du langai si plung winaiḥ wḍiḥhan yu 1
16.                                        pra            luḥ si banda winaiḥ wḍiḥhan yu 1 juru i wari-  ngin si aga swinaiḥ wḍiḥhan
17.                                                   tataḥ 1 rama i kḍu si kalap winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i huluwanwa si nagap winai
18.    (ḥ wḍiḥ)hanyu 1 juru i  pamigaran si garu winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i pulunnan si ganā wi
19.    naiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i wunuk si pa(ng)ga(ng)wa winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i kayumbungan si ta
20.    mbaḥ winaiḥ wḍiḥhan yu 1 juru i mantyāsiḥ si kali winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i çrihaji si ma
21.    na winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i sukun si gana winaiḥ wḍiḥhan yu 1 juru i wuattan si suka
22.    na winaiḥ wḍiḥhan yu 1 juru i pti sanghap winaiḥ wḍiḥhan yu 1 juru i paṇḍakyan sima winai
23.    ḥ wḍiḥhan yu 1 rama i  maṇḍan si guwa winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i kalaṇḍingan si raga
24.                                       winaiḥ wḍiḥhan yu 1 rama i wunta sampingi winaiḥ wḍiḥhan yu 1 kaisiṇḍining winaiḥ wḍiḥha
25.                                             anung ginlar çrī kahulunnan mulā akasa ning manusuk ṣima anak saṇḍanukap si
26.                                             nta pu satka sa i nukap ǁ ikana tadai mapapa tadaḥ kamung hyang yāwat ya hana
27.                                                                                             suk çrī kahulunnan kadi ya niking hantlu an wintanga kanya tan tka i
28.                                                                                             ngngannanya anu umugaḥ ugaḥ ya samangkana iking hayam taktakya papā
29.                                                                                             samangkana hamangng- nanya anung umugaḥugaḥ ya samangkana yan pasukka ing
30.                                                                                              manganna ya samangka- na  yan para i tgal ulā matukka ya samangkana yan para
31.                                                                                             mo       pya ya samangkana yan para i  luaḥ wuhaya umanganna ya samangkana ya
32.                                                                                               wa i dunungnya karu                                                        mangngannanya anung umulaḥulaḥ suçuk çrī ka
33.    hulunnan likhita                                                                                                      tu ǁ (Brandes 1913: 19)
Analisis :
Ҫrî Kahuluman atau Pramordhawardhani yang memberikan sima pada beberapa desa dan salah satunya adalah wanwa i kahulunnan atau desa kahulunnan sehingga terbebas dari pajak.
51.              
12.  Prasasti Gondosuli
1.        //  namaççiwāya . om  mahājana di sahiṅālas  partapān tuha ṅuda laki wini maṇḍaṅar wuat tānta  parāwis, dharma-.
2.        gatiṇḍa ḍang karayān partapān ratnamaheçwara siḍa busu plār namaṇḍa ḍang karayān lāki busu iti namaṇḍa ḍang karayān wini.
3.        atayanta dharmastha  siḍa dua, ayāṇḍang karayān laki parpuanta jantakabbi  namaṇḍa . ayāṇḍa ḍang karayān wini parpuanta panuahhan nama-
4.        ṇḍa . siḍa inan=dua adhirākṣa  siḍa waranak putra maratna  waranak strīratna . aḍiṇḍa ḍang karayān laki busu tarbba  namaṇḍa . iparḍa ḍang karayā-
5.        n = parttapān busu bajra busūttara udaṇḍa  sanak busu taray busu daṇḍai udaṇḍa sapopo  busu huwuriyan pamaṇḍa  wiṣṇurata namaṇḍa sarabhāra di
6.        nāyaka watak=bunut tathāpi udaṇḍa sapopo  busu padaraṅan=nāmaṇḍa  sarabhāra di nāyakka watak=kahuluan tathāpi waranak siḍa busu putih padi . taijaḥ
7.        pahik  swasta  pagarwwassi awat iṇḍu  anakḍa kulaputrī inan=parāwis tathāpi pagarwatu pagarduri si buha sampuh  . . . witaka dadang wiṇaraḥ rari inan=sabaña-
8.        kaña anakḍa ḍang karayān partapān puṇya prabhāvāṇḍa  ḍang karayān partapān kathamapi sukha subhikṣa . yang rājya diraksa iya sabañakña yang deça itas=tatah.
9.        pūrwwa dakṣiṇa paçcima uttara itas=tataḥ iya mangstuti guṇāṇḍa ḍang karayān partapān . tathāpi āda ācāryyaṇḍa  dhalawa  namaṇḍa sthāpaka sida tathāpi
10.    bapuh = muṇḍa  ḍang karayān çiwārjita nāmāṇḍa nāyaka di prang kapulang siḍa inan=parawis  siḍa ta  sahāyāṇḍa di dharma puṇya kuçala . iya makajādi  pra-
11.    tiṣṭa di hyang haji tarkalaut = sang wintang prasāda suprayukta kṣair  sahita iya mātraña winiḥnya kṣetra di tanah buṅa  tlu bariḥ pragāluḥ ampa lattir.
12.    pamaṇḍyan tlu lattir tina ayun ampa lattir wunu tlu lattir pawijaḥhan dua lattir kaywara mandir dua lattir waṅur waharu  salattir muṅḍu
13.    dua lattir kakalyan salattir tarukān salattir mātraña winiḥ di tanaḥ buṅa parāwis ampa puluḥ salattir parttakan di walunuḥ pu posuḥ
14.    di pragāluḥ parpuanta warpatiḥ manulu namaṇḍa naiyaka di kyu bungṅan  sahāyāṇḍa warpatih pu līhasin namaṇḍa nāyaka  di mantyāsih
20.    dapunta marhyang  jñānatatva namaṇḍa  //.  (Casparis 1950: 62)

Analisis :
Prasasti Gondosuli menjelaskan bahwa Rakai Patapan memiliki seorang paman yang bernama wiṣṇurata. Selain itu Patapan juga telah menetapkan desa pamaṇḍyan  dan pragāluḥ sebagai daerah bebas pajak untuk pendirian candi yang ditasbihkan oleh sthāpaka  bernama ḍang karayān çiwārjita.
13.    Prasasti Candi Perot
1.        swasti tita
2.        774 āsaādhamāsa tithi dwitiya
3.        suklapakṣa, tu, pwa, ā  wāra ta
4.        tkāla rake patapān pu manukū (Brandes 1913: 10)
Analisis :
Prasasti Candi Perot menjelaskan bahwa pada saat itu yang menjadi raja adalah Rakai Patapan pu Manuku.
14.    Prasasti Pikatan (Prasasti Tulang Air)
||swastiçakawarṣatita 775 āsādha māsa tithi dwitiya
3.        sūklapakṣa tu. pa. ā. wāra hana yyumaḥnya tatkā
4.        la rakai patapān pu manukū manusuk ṣema i tulang ai
5.        r ratu tatkāla rake pikatan patiḥ rake wka pu pulung watu
6.        sirikaı pu sarwwa t'ruan pu mantara manguhuri pu manḍuta halaran pu
7.        mañawang palarhyang pu bairawa wlaḥhan pu tugū dalinan pu manū pangkur pu
8.        gra tawān pu mulung tiri(p) pu gadā lang pisumanglakṣa wadihatii pu manawan ma
9.        dur pu gadā anung mangasö i patapān milu si lalān karua pu bhadra pu tuma
10.    k ḍatar pu aku wadwā rakarayān mapatiḥ milu sang pu kalang i sirikan sang garawuy ga i (ti)
11.    ruan sa talaga i mangnguhuri sang katuḍaing i halaran sang jiwaṇa i palarhyang sang ḍa
12.    miliḥhan i wlaḥhan sang ḍakukap i dalinan sang hṛtan i pangkur sang ḍa kampa
13.    t                     i tawān sang ḍa gumlar i tirip sang kamalagyan i lampi sang ḍa ma(ng)yung wahu
14.    ta makudur sang katuwuḥhan sang ḍa(ng) raga wadwā rakarayān patapān tatkā
15.    la mataṇḍa si maṇdi tuhān ning nayakarua si bhantu si damo parwwuwus si  mangdana tuhān
16.    wadwā rarai si ςridhara tuhānni kalula si niha tuhan ni manapal syulihan                                wa
17.    nua kayumwungan si gāntan mantyasiḥ mi rkkha parwuwusnya punta pramāna si gandha pu
18.    sṭhang pimurabalwa paṇḍak si manniha wahuta patir hayu jurunya si saisa
19.    rāma si rutu paṇḍakyan si sanā jurunya si masi kalima si nahan i tulang air ju
20.    ru  limus si balubu rama si tarawaṇa kalima si janāsili juru si rgga parwuwus si pa
21.    t  wariga siñcu i tulang air juru kuñci si sayut rāma si kesawa kalima si
22.    gānungsili juru si kala parwuwus si wuji wariga si dhasa tuha wanua si wañcung si ba
23.    sang si warā  si ḍaṇḍa mara si jantra(r)hulair si layar matambak si amuy
24.    si taguḥ  paḍahimanggala si manūt mapakan si mūlya tuhalas sy awit hulu
25.    tangaḥ si               ma                   ru si  nara ׀  jumput i ςrī  maṇḍakini juri (lees juru) kuṇci si siga i
26.    prasiña i limut si krahu i sarang si sanā  ing paṇi si tawang ing kakabyan si mi
27.    liḥ ing tibran si haysima anak ni si                                                      si dhura i airpa
28.    pi si pagar si panga ing kakar si  ḍatar ing limut             sañjanā i talang ai
29.    r si malini ing          nā      si guna
ṇḍangan si mu
30.    lya i gu         hyang              prasāḍa si
sa kalima si
31.    siga parwuwus si   sahasa juru                la                                 sawar la
32.    gi si                                                                                                              si pangsat
33.    kalima si jati juru i wungha sa
nasalāpa               mapakan i
34.    munggu antan si laya                                                                  k matya i prasāda ing kabanyagan si ka
35.                                                                                      luwas si mabāng wadura i aipyal si huwus rāma si nutus
juru i ai
36.    r hulu si milar rāma si taguḥ  juru i salangkung ni si bantal i masala
37.        talay i lu                                                           (einde) (Brandes 1913: 8)

Analisis :
Menjelaskan bahwa Rakai Patapa Pu Manuku berarti membebaskan Desa Tulang Air dari pajak.
15.    Tentang Rakai Pikatan
swasti sakawarsatīta 786 jīstāsa tithi pañcami suklapaḳsa, pa, ka, wṛ, wāra hanayyumaya tatkāla rakai pikatan pu manukū manusuk sīma ri wanua tangngah sawaḥ (Brandes 1913: 5)
Analisis:
            Menjelaskan tentang Rakai Pikatan Pu Manuku pada tahun 786 Ҫ menetapkan wanua tengah sebagai sima.

16.    Prasasti Ngabean
Bagian A
1.        swasti çakawarṣātïta 801 çrawaṇamāsa tithi pañcamiçuklapakṣa, wurukung, umanis, soma, wāra tatkāla ājña çrï mahā
2.        rāja rake kayuwangï, tumurun i rakarayan kagnap hino watu tihang bawang çirikan umanugrahakna ikanang tgal i kwa
3.        k watak wka, gaṇagaṇā tampaḥ 5 sinusuk gawayan sawaḥ maparaha çïmānikanang prisāda i kwak dham rakarayān wka pu ca
4.        tura, buatthajyanya mangraga kamwang ing pastika, akan bisuwa caitrāsuji, ujar haji kinon rakarayan wka, mangasěa
5.        kna pasěk pasěk yathānyan mapagěḥha i dlahaningdlaha, rake hino pu aku, rake watu tihang pu agra, samgat bawang pu pa
6.        rtha, rake sirikan pu purungul, kapua inangsěan mas su 1 wdihan kalyāga yu 1 sowang sowang halaran pu děmpāngkara
7.        panggil hyang pūttarasangga, dalinan pa acung, mangburi pu kiti, pangkur pu gawa, tawan pu ranjan tirip pu agra pinda, wadihati pu
8.        manū, makudur pu mnang, kapua inangsěan mas mā 8 wḍihan birā yu 1 sowang sowang, tuhan ri wadihati u miramirah mangra
9.        kappi halaran tuhan i makudur wangun sugiḥ, kapua wineḥ mas mā 5 wdihan ragi yu 1 sowang sowang wanghuta hyang lu
10.    paku manupuk sang halaran anak wanna i tal warani watak haměas, i makudur, sang rawugwug anagwanua i hinpu
11.    watak pěar wineh mas mā 5 wḍihan ragi yu 1 sowang sowang, patiḥ air buwung rikang kala si haris rama ni ṇita patiḥ kalya
12.    n si parama rama ni gesti, kapua wineh mas ma 5 wdihan ragi yu 1 sowang sowang, parujarning patih airbuwung si maja rama ni warju
13.    k, wahutanya si hali, parujarning patih kalyan si layar rama ni hiděh, wariganya si ayuddha rama ni nidhi, kapua wineḥ ma
14.    s ma 2 wḍihan ragi yu 1 sowang sowang, wahuta putat si landa ramani kayěm, si ranggal rama ni pělěm, kapua wineḥ mas ma 5 wḍi
15.    han ragi yu 1 sowang sowang, pitungtung pu sumwara rama ni hamwingmatulak si mangher rama ni santul, kapua wineh mas ma 1 wdihan
16.    ragi yu 1, sowang sowang, anung rama magman i kwak rikang kala kalang 2 si pulu rama ni sukam, si haněng rama ni pawěm, gusti 2 si hli
17.    rama ni si tam rama ni puluk, tuha banna 2 si cara rama ni guwar, si kahuripan rama ni hangü winkas si rāwan rama ni

Bagian B
1.                                              kapua wineḥ mas ma 2 wḍihan ragi yu 1 sowang sowang, wariga
santaiy parujar 2 si guse rama ni gaja, si jala rama ni angkatan,
2.        hulu kuwu si maṇḍit rama ni wadwan, tuhalas si luat, rama ni palana, hungler si brati rama ni pahal kapua wineh mas ma 1 wḍi
3.        han ragi yu 1, sowang sowang, marhyang i kawikwan si lanaḥ si bhāryyā rewatěṃ (?) tuha padahi si dhanam, marěgang si çukla mangla si buddha, maga (?)
4.        si kuṇḍi, mawuai si pawān kapua wineḥ mas mā 1 wḍihan ragi yu 1 sowang sowang, rama tpi siring rikang kala, kalang ri waharu si warju ra
5.        mani tahun, i halang manuk kalang si çila rama ni guḍay, i tiga wangi kalang si wadwā, gusti si kamwar rama ni çristi, i malaūjang gusti si bharata
6.        rama ni taytra i hiwas si pañca rama ni paḍang, kring pu bhāgya, mangilala paranakan, si rakinam si carik, kapua wineh mas ma 1 wḍihan
7.        ragi yu 1 sowang sowang, saji ni manguyut mas ma 5 wdihan yu 2 wulang hulu sang makudnr wḍihan yu 1 saji sang hyang watu kulu
8.        mpang mas ma 5 wdihan yu 5 bras pāda 1 wsi ikat 10, haluhalu 5 wtinya ikat 5 wadung 1 rimwas 1, taratarah 1 tampila
9.        n 1 kris 1 tatah 1 landak 1 linggis 5 dāng 1 taray 1 padamaran 1 muang caru tulung tawur sātthikaraja sākama sa
10.    mua kumol wdus hayam hantrini, i sampunnya mangkana manadah sangwahuta hyang kudur muang patiḥ wahutu, muaug rāma tpi si
11.    ring muang rama i kwak rarai matuha manuam kabeḥ, i sampuning manaḍaḥ mangḍiriḍiri sang kudur manapate manawurakan hawu, manambaḥ
12.    ikanang patiḥ wahuta muang rāma tpi siring muang rāma i kwak niuwah i ronyanahan cihnanyan sampun mapagěh ikanang tgal i kwak
13.    sinusuk gawayan sawaḥ çïmanikanang prasāda i kwak, kunang aslng umulahulaḥ ikeng çïma salwirning sangsāra pangguhanya eka pi
14.    ṇḍabyāyaning manlma mas su ka 1 su 11 mas mā 5 mas ku 3 |o|| (Brandes 1913: 14)

Kandungan Isi :
Prasasti Ngabean merupakan petunjuk bahwa pada tahun 801 Saka/879 M yang berkuasa adalah Rakai Kayuwangi.

17.  Prasasti Singkat
I.         (first row)
1.        dharmmaçrīmahārāja
2.        anumoda sang kalungwarakpu/dakṣahuwus
3.       
4.        anumoda sang rasbangpumañju
5.        anumodara<kai>wanwagaluh/tinulusakan = dairakaigurunwani <dyaḥrā>ṇu
6.        anumodarakaigurunwaṅi/dyaḥrāṇu
7.        anumoda sang ramramanpusinghahuwus
8.        anumoda sang ramramanpusingha/huwus
9.        anumoda sang watuhumalangputguh
10.    anumoda sang maḍaṇḍarputahun/anumo ………
11.   
12.    anumodasa<ng>ḍawkapu ……..
13.   
14.   
15.    anumoda sang sirikanpusūryya
16.    anumoda sang sirikanpu<s>ūryya
17.    dharmmaçrīmahārāja
18.    anumodaçrīkahulunna/n
19.    anumodaçrīkahulu/nnan
20.    anumoda sang ḍāṅgul pi/candra
21.    dharmmaçrīmahārāja
22.    anumoda sang taṅunanpudwāra
23.    anumodarakailayuwatangdyaḥmahārṇnawa
24.    anumoda sang puluwatupu para
25.    dharmmaçrīmahārāja
26.    anumoda sang sirikanpuang/gĕhan
27.    dharmmaçrīmahārāja/dharmmaçrīmahārāja
28.    anumoda sang ḍa/halupu raja
29.    dharmmaçrīmahārāja
30.    <anumo>da sang salinanpubala
31.    anumoda sang ḍa/tirippukaisawa
32.    minulān sang tawānpupiṅulgawai sang tawānpu kais-sawa
33.    anu/moda sang ḍapaṅjurpuagam
34.    dha<r>mmaçr<ī>mahārāja
35.    anumoda sang wurutuṅgalpu/ bāsahuwus
36.    anumoda sang pa/ṅgumulanpumandĕha
37.   
38.   
39.    gawai sang waḍiṅinpupañca
40.    anumoda sang tilimpik/pu pager
41.    anumosda sang hagu/lawan sang ….. pu ….. raliṅgangpu // dharmma çrīmahārāja // habit kina<pata>nniralawan = sang maṅasö
42.    dharmmaçrīmahārāja
43.   
44.    anumoda sang antulanpuawat
45.    anumoda sang ratirapumandĕha
46.    anumoda sang ra<w>ugapusarwwa
47.   
48.    dharmmaçrīmahārāja
49.    anumoda sang patapānpukutī
50.    anumoda sang tiruraṇupulaṅkā

II.      (second row)
1.        anumoda
13.    ….. pumahota
19.    anumoda sang ḍa/wrulukpunadīpucandramaṅā/lihi
21.    anumodaçrīkahulunnan
22.    anumodaçrīkahulunnan
29.    anumoda sang kalawatu/pumuṅgu
49.    ….. rakai …..

III.   (third row)
1.        anumoda …..
14.    (a) anumodarakaigurunwaṅidyaḥsalaḍū
(b) asthupaçrīmahārājarakaipikatan
15.    (a) astupaçrīmahārājarakaipikatan
(b) anumodarakaigurunwaṅidyaḥsalaḍū
21.    anumoda sang çikhanandipuhujunghuwus
24.    dharmmaçrīmahārāja
35.    anumo<da> …..
55.    anumoda sang pagarwsipugunung
56.    anumoda sang tumungtungpubaruṇa

loose stones or stone frafments with iscriptions
(a) // dharmmaçrīmahārāja //
(b) dharmmaçrī ma …..
(c)  // anumoda sang hamĕaspujumĕndaṅ //
(d) anumoda sang …..
(e)  …..la 1 tumuli …..
inscription in red on the tower E 3
palarhyang) (Casparis 1958: 12)
Analisis:
Prasasti ini menyebutkan Raja-raja yang pernah memerintah Mataram.

18.  Kesimpulan
Sañjayavaṃҫa
Ҫailendravaṃҫa
R. Matarām sang ratu Sañjaya
(732 ─ ± 760)
|
R. Panaṅkaran
(778, ± 760 ─ ± 800)
|
R. Panuṅgalan
(± 780 ─ ± 800)
|
R. Warak
(± 800 ─ vόόr 819 of
                  |        829 ?)
|
R. Garung ( =R. Patapān ?)
(vόόr 819 ─ 838)
|
R. Pikatan
(850, 838 ─ 851)
|
R. Kayuwaṅi (863, 882)
(851 ─ na 882)
.........................

                   ? (Bhānu, 752)
|
Viṣṇu (Dharmatuṅga)
(vόόr 775 ─ 782)
|
Indra (Saṅgrāmadhanaṃjaya)
(782 ─ 812, vόόr 824)
|
Samaratuṅga (gehuwd met Tārā)
        824 (812 ─ 832)
                                   \
                                    \
                                     \                                          
                                      Bālaputra


Prāmodavardhanī
(824)
(Casparis 1950: 133)

Analisis :
            Dalam perkembangannya, Mataram diperintah oleh dua wangsa yang saling bergantian, yaitu wangsa sanjaya dan wangsa sailendra. Pada Wangsa Sanjaya di awali oleh pendiri kerajaan Mataram, Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya dan berlangsung hingga Rakai Kayuwangi. Sedangkan pada Wangsa Sanjaya pemerintahan pertama tidak ditemukan sumber pasti kemudian muncul sumber bahwa pemerintahan dipegang oleh Bhanu yang juga dapat di identifikasikan sebagai Sanjaya, kemudian Wisnu, Indra, Samaratungga, dan yang terakhir Pramodawardhani.

A.      SUMBER DATA SITUS
1.        Candi Borobudur

Gambar 1.1. Candi Borobudur
Sumber:
diakses pada 29/04/2017 11.33
Candi Borobudur berada di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang merupakan candi Budha yang didirikan pada pemerintahan wangsa Syailendra, yaitu oleh Pramordhawardhani




2.        Prambanan
Gambar 1.2. Candi Prambanan
Sumber:
diakses pada 29/04/2017 11.37
Candi Prambanan adalah salah satu peninggalan candi hindu terbesar di Indonesia yang dibuat oleh Wangsa Sanjaya. Dalam Prasasti Siwagrha, nama asli dari candi ini adalah Siwagrha yang dalam bahasa sansekerta berarti Rumah Siwa.
3.        Candi Arjuna
Gambar 1.3. Candi Arjuna
Sumber:
Merupakan salah satu candi hindu yang terletak di komplek percandian Arjuna di Kabupaten Banjarnegara dataran tinggi Dieng Jawa Tengah.



1.        REKONSTRUKSI
Awal Mula Kerajaan Mataram
Awal mula berdirinya Kerajaan Mataram tak lepas dari peristiwa vakumnya tanah Jawa oleh sebab mangkatnya Raja Sanna. Sanna yang merupakan Raja bijak mampu membuat Jawa pada kemakmuran. Baru setelah Sanna meninggal, kevakuman di Jawa menyebabkan Sanjaya, putra dari Sannaha (saudara Sanna) mengambil alih Jawa dengan mendirikan lingga di atas bukit pada tahun 732 M. Ini menjadi titik balik dimana Jawa memiliki Rajanya yang baru, yaitu Sanjaya.
Menurut Prasasti Mantyasih yang dikeluarkan oleh Rakai Watukura Dyah Balitung, sebelum dirinya ada beberapa raja-raja yang memerintah Mataram yang merupakan keturunan dari Sang Ratu Sanjaya, Balitung menulis prasasti ini demi legitimasi kekuasaanya sebagai penguasa Mataram. Dari Prasasti Mataram, dapat diketahui bahwa raja yang memerintah sebelum dirinya adalah:
1.        Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya
2.        Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3.        Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4.        Sri Maharaja Rakai Warak
5.        Sri Maharaja Rakai Garung
6.        Sri Maharaja Rakai Pikatan
7.        Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8.        Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9.        Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung

Rakai Mataram sang Ratu Sanjaya
       Sanjaya merupakan pendiri sekaligus raja pertama kerajaan Mataram. Dalam Prasasti Canggal, pengukuhan Sanjaya sebagai Raja adalah dengan mendirikan sebuah lingga di atas bukit. Isi batu lingga yang didirikan oleh Sanjaya adalah mengenai puji-pujian terhadap tiga dewa utama agama Hindu, yaitu Brahma, Wisnu, dan Siwa. Ini merupakan legitimasi yang sah setelah jawa tidak memiliki raja sepeninggal Sanna. Sanjaya sendiri juga merupakan pendiri dari salah satu wangsa yang berkuasa di Mataram, yaitu Wangsa Sanjaya.

Sri Maharaja Rakai Panangkaran
Nama Panangkaran sendiri tercantum dalam beberapa prasasti salah satunya pada Prasasti Kalasan. Dalam Prasasti Kalasan, nama Rakai Panangkaran disebut sebagai raja yang memerintahkan pendirian bangunan suci untuk pemujaan kepada Dewi Tara yang saat ini berlokasi di Candi Kalasan. Dalam prasasti ini juga terdapat nama dharmmasetur yang ternyata adalah besan dari Panangkaran. Pada Prasasti Ligor B, nama Visnu menurut Casparis merujuk pada Panangkaran dalam Prasasti Kelurak. Dalam Prasasti Nalanda juga menyebutkan Rakai Panangkaran yang disebut sebagai permata Syailendra kawin dengan Tara dari Sriwijaya dan mempunyai anak Balaputradewa.
           
Sri Maharaja Rakai Panunggalan
            Rakai Panunggalan hanya disebut dalam Prasasti Mantyasih yang termasuk raja yang memerintah Medang setalah Rakai Panangkaran. Menurut Slamet Muljana, dalam Prasasti Kelurak terdapat nama Ṡrî Sańgrāma Dhanaṃja yang menurutnya sama dengan Dharanindra yang tidak lain adalah Rakai Panunggalan.

Sri Maharaja Rakai Warak
            Rakai Warak sebenarnya hanya di sebut dalam Prasasti Mantyasih yang disebutkan sebagai raja keempat kerajaan Mataram. Namun menurut Slamet Muljana, Rakai Warak adalah ayah dari Balaputradewa yang memiliki nama asli Samaragrawira.

Sri Maharaja Rakai Garung
Nama Garung sendiri disebut dalam Wanua Tengah 3. Menurut Casparis, Rakai Garung memiliki kesamaan dengan Dan Karayan Partapan Pu Palar dalam Prasasti Gondosuli. Selain itu nama Pu Palar juga terdapat dalam Prasasti Karang Tengah yang mungkin saja Pu Palar atau Rakai Garung ini adalah ayah dari Rakai Pikatan yang menikah dengan Pramordhawardani. Namun menurut Slamet Muljana, Rakai Garung malah di identifikasikan sebagai Samaratungga. Ini karena Dan Karayan hanya bergelar Haji sedangkan Rakai Garung bergelar Maharaja.

Sri Maharaja Rakai Pikatan
Dalam Prasasti Candi Perot, termuat nama Rakai Patapan pu Manuku yang di identifikasikan sebagai Rakai Garung. Sedangkan dalam Prasasti Pikatan, termuat dua tokoh yang bernama Rakai Patapan Pu Manuku dan Rakai Pikatan. Dalam versi Prasasti Mantyasih, Pikatan adalah raja keenam. Dalam Prasasti Argapura, nama asli dari Rakai Pikatan adalah Mpu Manuku. Dia membuat kota baru yang dinamakan Mamrati seperti yang ada dalam Prasasti Wantil sehingga Mpu Manuku juga disebut sebagai Rakai Mamrati. Selain itu, Rakai Pikatan juga disebutkan telah menikah dengan Pramordhawardani.

Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
            Rakai Kayuwangi merupakan anak bungsu dari Sang Jatiningrat (Rakai Pikatan yang menjadi Brahmana) yang dalam Prasasti Wantil disebut sebagai Dyah Lokapala dan dalam Prasasti Argapura disebut sebagai Mpu Lokapala. Kayuwangi menggantikan ayahnya karena telah menumpas musuh yang berada di Bukit Ratu Boko yang menurut Bukhori adalah Rakai Walaing Mpu Kumbhayoni yang mengaku sebagai keturunan Raja Mataram.

Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
            Rakai Watuhumalang memerintah pada 818 Ҫ menggantikan Sri Maharaja Linus Galuh Dyah Devendra yang telah memerintah 6 tahun lamanya. Setelah Rakai Watuhumalang, muncul tokoh Daksa sebagai saudara kakak gagah berani yang diperkirakan sebagai saudara Balitung. Sebenarnya Rakai Watuhumalang tidak meninggalkan Prasasti atas dirinya sendiri, namun dalam Prasasti Panunggalan, ada tokoh yang bernama Rakai Watuhumalang Mpu Teguh yang masih memiliki jabatan Haji (Raja Kecil). Namun ini belum bisa di identifikasikan apakah Watuhumalang yang ada dalam Prasasti Panunggalan sama dengan Watuhumalang yang ada dalam Prasasti Mantyasih.

Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Balitung
            Rakai Watukura Dyah Balitung memerintah sebagai raja pada 829 Ҫ yang ditandai dengan mengeluarkan Prasasti Mantyasih sebagai legitimasi bahwa dia pemegang kekuasaan yang sah dengan menyebutkan raja – raja sebelumnya yang pada dasarnya dia dapat menjadi raja bukan dari keturunan, melainkan karena memperistri saudara perempuan Daksa yang menjadi raja saat itu. Ini mungkin saja karena setelah kekuasaan Kayuwangi terdapat perpecahan yang memunculkan dua tokoh raja, yaitu Rakai Gurunwangi dalam Prasasti Munggu Antan dan  Rakai Limus Dyah Dewandra dalam Prasasti Poh Dulur. Kedua raja ini mungkin telah dikalahkan oleh Dyah Balitung selaku menantu Rakai Watuhumalang yang kemudian diangkat menjadi Raja.




DAFTAR PUSTAKA
Brandes, J.L.A. 1913. Oud=Javaansche Oorkonden. Negalaten Transscripties.
     Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenscappen.
     Deel LX. Batavia: Albrecht & Co, ‘sHage: M. Nijhoff
Casparis. 1950. Prasasti Indonesia 1. Bandung: A.C. NIXECO.
----------. 1958. Berita Dinas Purbakala. Jakarta: Berita Dinas Purbakala
Coedés, George dkk., 2014. Kedatuan Sriwijaya. Depok: Komunitas Bambu.
Djafar. 2010. Prasasti Batu Pembacaan Ulang & Alih Aksara I. Jakarta: Museum
     Nasional Indonesia.
Poerbatjaraka. 1952. Riwayat Indonesia Jilid I. Jakarta: MCMLII Jajasan Pembangunan
     Djakarta.
Santiko, Hariani. 2013. “Dua Dinasti di Kerajaan Matarām Kuna: Tinjauan Prasasti
     Kalasan”. Depok: Departemen Arkeologi FIB UI
Stutterheim, W. F. 1927. Een belangrijke oorkonde uit de Kĕdoe. Batavia: Albrecht &
     Co.

Media Online
http://www.tandapagar.com/kerajaan-mataram/ diakses pada 16 April 2017 21:44
http://www.alvarentcar.com/wisata/klt.php diakses pada 29 April 2017 11:33
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Prambanan diakses pada 29 April 2017 12:28
https://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Arjuna diakses pada 29 April 12:52
https://id.wikipedia.org/wiki/Dharanindra diakses pada 29 April 2017 13:21
https://id.wikipedia.org/wiki/Rakai_Warak diakses pada 29 April 2017 13:33
https://id.wikipedia.org/wiki/Rakai_Garung diakses pada 29 April 2017 13:38
https://id.wikipedia.org/wiki/Rakai_Pikatan diakses pada 29 April 2017 13:46
https://id.wikipedia.org/wiki/Rakai_Kayuwangi diakses pada 29 April 2017 13:58
https://id.wikipedia.org/wiki/Rakai_Watuhumalang diakses pada 29 April 2017 14:13
https://id.wikipedia.org/wiki/Dyah_Balitung diakses pada 29 April 2017 14:33