arkeologi telah kita kenal sebagai studi yang mempelajari semua benda yang sudah kuno, baik berupa benda alam maupun yang benda non-alam. namun untuk mengetahui apa itu arkeologi dan perkembangannya silahkan baca selengkapnya.
1.
Pandangan
Masa Lampau
Arkeologi mengkaji tentang pandangan
masa lampau melalui peninggalan yang ada. Kewajiban arkeolog adalah
merekonstruksi peristiwa yang terjadi di masa lalu melalui laporan hasil
penelitian. Contoh yang termasuk ranah arkeologi adalah penemuan Makam
Tutankhamun atau yang lebih baru dari pada makam kuno di China.
2.
Definisi
Arkeologi
Arkeologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan manusia di masa lalu melalui
kajian sistematis atas benda-benda kuno atau materi yang ditinggalkan.
Arkeologi memiliki metode dan teori untuk mengungkap sejarah, diantaranya:
1. Bukti, digunakan sebagai sumber berupa
bukti-bukti untuk
merekonstruksi peristiwa.
2. Metode, untuk menentukan cara yang digunakan untuk
rekonstruksi.
3. Teori, penggunaan teori penting dalam rekonstruksi
untuk memperkuat penelitian.
4. Interpretasi, penafsiran dari bukti yang ada sehingga
membentuk rekonstruksi yang jelas.
Tujuan dari arkeologi itu sendiri adalah
1. Mengklasifikasikan bentuk kebudayaan material masa
lampau berdasarkan ciri fisik dan lingkungan.
2. Menjelaskan fungsi artefak dengan menggunakan analisis
bentuk dan hubungan dengan benda lain yang jenis.
3. Memahami proses budaya.
Society of Professional Archeologist (SOPA) adalah
organisasi persatuan arkeolog yang banyak menyumbang besar dalam pemikiran ilmu
arkeologi yang didirikan 1976. Beberapa hal yang di tekankan dalam pendidikan
arkeologi oleh organisasi ini adalah Pendidikan dan Palatihan arkeologi dan
juga pelatihan untuk menambahkan pengalaman untuk membentuk arkeolog yang
profesional.
3.
Arkeologi
dan Sejarah
Arkeologi jelas berkaitan dengan
bidang sejarah, bahwa kedua disiplin ini mencari pengetahuan dari masa lalu
manusia. Perbedaan antara kedua disiplin ini dimulai dengan cara mengumpulkan
sumber-sumber informasi, hal ini yang menyebabkan perbedaan dalam metodologi,
teknik di mana masa lalu dipelajari. Sejarah menggunakan sumber-sumber tertulis
dari masa lalu, sedangkan Arkeologi lebih terfokus kepada sisa-sisa peninggalan
fisik masa lalu.
4.
Arkeologi
Sejarah dan Prasejarah
Arkeologi sejarah mengacu kepada
penyelidikan arkeologi yang dilakukan bersama dengan analisis dengan catatan
tertulis. Arkeologi prasejarah mempelajari masyarakat dan periode waktu yang kurang
tradisi historis. Jadi catatan sejarah yang tersedia itu bisa dijadikan
informasi arkeologi, serta dapat menambah pemahaman kita tentang era masa lalu.
Protosejarah adalah periode transisi yang menjembatani
periode dari prasejarah menuju sejarah. Namun dalam hal ini sering mengalami
masalah pada penggunaan data arkeologi tanpa adanya dokumen sejarah. Untuk itu,
data arkeologi dan sejarah harus digabungkan untuk memperoleh data yang valid.
Disisi lain, daerah yang dulu kita kenal melalui perspektif arkeologi mulai
berkembang menjadi perspektif sejarah.
5.
Arkeologi,
Antropologi, Budaya
Dalam artian luas, antropologi
meliputi banyak ilmu pengetahuan mengenai manusia. Ini juga studi dari
perspektif:
1. Pandangan
Diakronik menekankan pengembangan melalui aspek waktu
2. Pandangan
Sinkronik menekankan keadaan sosial masyarakat dengan atau tanpa penekanan
waktu.
Dasar antropologi biasanya terbagi
dalam beberapa subdisiplin, seperti antropologi budaya, bahasa, fisik, sosial,
etnografi, dll. Dari beberapa subdisiplin tersebut ada beberapa yang
digabungkan untuk tujuan tertentu, seperti paleoantropologi dan antropologi
fisik untuk memperoleh bukti dari peninggalan biologis manusia dan evolusi
budaya.
Meskipun mengalami perbedaan, antropologi disatukan
oleh suatu faktor penting, yaitu sistem budaya. Istilah budaya sendiri memiliki
dua makna konotasi. Pada arti umum budaya mengacu pada penambahan unik manusia
dengan dimensi biologis dan sosial yang kita bagikan dengan bentuk kehidupan
lainnya. Namun pada arti yang lebih khusus, antropologi mengacu pada sistem
budaya tertentu dan unik dari suatu individu sosial masyarakat.
6.
Arkeologi
Dan Ilmu Pengetahuan
Antropologi bisa diartikan sebagai
ilmu pengetahuan manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan sendiri bermakna
pengetahuan untuk memahamkan sehingga kita bisa mengamatinya. Berarti ilmu
pengetahuan tidaklah mempelajari sesuatu yang tidak bisa diamati dan dirasakan,
seperti teologi, filsafat, dan ilmu gaib. Untuk itulah dalam Ilmu Pengetahuan
dikembangkan suatu metode yang berguna bagi pengetahuan studi ilmiah. Metode
tersebut kemudian disebut metode ilmiah.
7.
Metode
Ilmiah
Hasilnya ini adalah suatu
ilmu pengetahuan dengan suatu penalaran baik dari deduktif maupun induktif.
Pengamatan induktif dimulai dari pengamatan khusus dan hasilnya untuk
generalisasi. Sedangkan penalaran deduktif berbeda arah, yaitu melanjutkan
implikasi generalisasi dari induktif tersebut. Dalam arkeologi metode induktif
mungkin kurang tepat dibandingkan metode deduktif. Hal ini dikarenakan induktif
berdebat tentang keteraturan umum dari serangkaian contoh khusus yang
melibatkan beberapa tingkat pemahaman atau intuisi. Namun induksi dan deduksi
saling bekerja sama untuk menghasilkan metode yang harmonis sehingga
menghasilkan hipotesis baru atau prinsip-prinsip dari keterangan dan kemudian
baru menguji hipotesis mereka.
Untuk menguji hipotesis tertentu seseorang
harus melakukan langkah-langkah berikut:
1.
Merancang hipotesis alternatif dan saling
berhubungan.
2.
Menyusun tes percobaan yang akan
membedakan antar hipotesis.
3.
Melakukan tes percobaan (mengumpulkan data
yang relevan).
4.
Menghapus hipotesis tersebut apabila tidak
dibutuhkan.
Prosedur pengujian ini berusaha
menemukan hipotesis yang paling tepat dengan fenomena yang diamati.
8.
Ilmu
Arkeologi
Banyak arkeolog berpendapat bahwa
ilmu-ilmu pengetahuan sangat berkontribusi bagi ilmu arkeologi dan menyangkal
kalau arkeologi merupakan ilmu sejati. Hal ini berkembang sejak arkeologi
berkaitan dengan denomena di luar bidang ilmu fisik yaitu, proses kehidupan
sosial, perilaku individu, dan perilaku kelompok. Pandangan ini konsisten
dengan arkeologi tradisional yang berhubungan dengan sejarah dan perspektif
humanistik. Arkeologi juga tidak bisa menggunakan percobaan dan dirancang untuk
menguji proposisi, tetapi hanya dapat mengamati sisa-sisa yang bertahan dari
kerasnya waktu.
9.
Zaman
Kuno dan Asal Usul Arkeologi
Ilmu pengetahuan
yang di lahirkan oleh Darwin dan Wallace yakni dapat menghasilkan tentang
lahirnya teori evolusi yang merupakan ilmu pengetahuan yang terlihat dalam arkeologi.
Arkeologi tidak meloncat maju sepenuhnya di kembangkan, akan tetapi muncul
secara bertahab dari asal yang beragam. Pada dasarnya teretak pada pekerjaan
kolektor amatir dan
spekulan yang sering disebut zaman kuno yang dlam hal ini adalah kolektor dari cerita masa lalu.
Peradaban klasik Mediterania menggunakan penggalian untuk mengetahui masa lalu mereka. Periode setelah abad pertengahan,
kebangkitan empat - kesepuluh abad ketujuh, adalah era kepentingan terbangun
dalam seni, sastra, dan belajar. itu juga waktu minat baru di masa lalu,
terutama di barang antik dari peradaban Mediterania klasik. Sebagai loating dan
penghancuran barang antik berlanjut di Eropa dan daerah-daerah lain di dunia,
beberapa individu mulai menonjol tidak hanya kolektor, tetapi sebagai orang
tertarik untuk belajar tentang masa lalu melalui upaya mereka untuk
mengklasifikasikan dan menafsirkan sisa-sisa.
10.
Mengungkap
Masa Pra Aksara
Tentang manusia purba di London pada 1690, Conyers
mengungkapkan temuan berupa kapak batu yang sama tua usianya dengan kerangka
gajah purba, namun ungkapan tersebut dibantah karena diduga kerangka gajah
tersebut dari abad yang sudah ada aksara sebelum masehi. Pada 1797 Frere dalam
perhimpunan arkeologi fauna Hoxne menemukan reruntuhan primitive pada lubang
ekskavasi di Inggris berupa batuan yang telah dibentuk, namun penemuan ini
diabaikan. Pada 1859, terdapat usaha untuk menyamakan teori Darwin dengan
penemuan arkeologi demi kemajuan penungkapan peradaban prasejarah.
11.
Penemuan
Prasejarah Modern
Awal abad 16, Eropa dihadapi dengan kehancuran
peradaban Meksiko dan Peru. Namun dari kebudayaan perkuburan, kuil dan patung
dikatakan sebagai karya bangsa. Suku Indian Amerika yang tinggal diyakini mampu
membangun hal tersebut. Merupakan rekonstruksi dari Hernando de soto yang melakukan awal
perjalanan dari lembah Mississippi ke Spanyol. Setelah revolusi Amerika, Jefferson
melakukan ekskavasi pertama di amerika yaitu suatu lapisan di lembah sungai
Rivanna. Prestasi Jefferson selain menjadi pelopor dalam ekskavasi juga orang
pertama yang menggunakan stratigrafi untuk menafsirkan penemuannya. pada tahun
1841 dan 1843. John Lloyd Stephens dan Frederick Catherwood mengemukakan
penemuan reruntuhan spektakuler peradaban maya yang hilang di hutan Amerika
Tengah. Yang menjadi pembangkit penelitian tentang suku maya sebagai nenek
moyang amerika. karya-karya dari Squier dan davis merupakan puncak dari
penelitian antik di dunia modern.
12.
Penjarah
Dan Prasejarah
Pada abad kesembilan belas, ekspansi kolonial Eropa
dan Amerika ke daerah yang belum dijelajahi dari Asia, Africa dan Amerika Latin
diantaranya dalam era baru penemuan dan arkeologi, sayangnya penemuan tersebut
didapat agaknya seperti penjarahan untuk mendapat artefak, karena pencarian
terlampau luas dan besar-besaran serta memindahkannya dari lokasi penemuan
sehingga tidak memperdulikan lingkungan yang seharusnya dapat menjelaskan
tentang penemuan tersebut.
13.
Transisi
Ke Arkeologi Professional Masalah Interpretasi
Interpretasi bervariasi tergantung pada situasi
tertentu, sisa bahan arkeolog biasanya hanya tersebar di pusat kebudayaan masa
lalu untuk mengungkap hal tersebut rekonstruksi dilakukan dengan membayangkan
artefak budaya masa lalu dengan fungsi perabotan masa kini. Dengan mengajukan
hipotetis, bentuk dan materi untuk teka-teki, kita mungkin dapat untuk
merekonstruksi hal itu. jika salah satu skema gagal untuk bekerja, kita bisa
mengusulkan lain sebagai gantinya, sampai kita berhasil. Pada awal abad
kesembilan belas, pengumpulan bahan arkeologi banyak dan cepat namun penafsiran
tentang bahan tersebut masih kurang sehingga menyebabkan sulitnya mengungkapakan
peradaban masa lalu Amerika.
14.
Pengaruh Gagasan Antropologi
Antropologi dikembangkan selama abad kesembilan belas sebagai
perpaduan dari beberapa tren filosofis yang beragam. ini termasuk gagasan
evolusi biologis, doktrin kemajuan sosial, dan gagasan evolusi budaya.
15.
Gagasan
Evolusi
Konsep bahwa bentuk-bentuk kehidupan biologis adalah
hasil dari bertahapnya transformasi jangka panjang satu yang lama, gagasan
teolog dalam hal ini berlawanan dengan yang diberikan dalam kitab. Pandangan
teologisnya adalah bahwa sejarah bumi
relatif singkat dan bahwa semua spesies hidup tetap dan tidak berubah.
Selama sejarah planet serangkaian bencana geologi
terjadi yang menghancurkan semua bentuk kehidupan dari waktu mereka. Setiap
bencana diikuti oleh ciptaanbentuk muka bumi baru. Pandangan ini sering dilihat
sebagai rekonsiliasi bukti geologi dan paleontologi dengan posisi teologis.
16.
Ide-ide Kemajuan dan Positivisme
Gagasan evolusi biologis yang mengatakan bahwa
perubahan bukan stabilitas tatanan alam, pada gilirannya memberikan dukungan
kepada gagasan evolusi sosial. Gagasan bahwa bentuk-bentuk perubahan masyarakat
manusia dan berkembang adalah pandangan yang relatif kuno. Bentuk awal itu
adalah jelas dalam ide-ide dari filsuf Lucretius Roman di SM abad pertama pada
abad kedelapan belas, banyak filsuf Eropa berdebat bahwa perubahan dan kemajuan
merupakan bagian dari tatanan sosial alami manusia. Posisi filosofis ini,
disebut positivisme, membuat seleksi alam tampak sebagai masuk akal mekanisme
untuk evolusi sosial sebagai evolusi biologi.
17.
Gagasan
Evolusi Budaya
Antropologi dikembangkan pada abad kesembilan belas sebagai disiplin yang
berusaha untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang masyarakat non
Barat. Sebagian besar dalam rangka menciptakan teori universal perbedaan budaya
dan sosial manusia. Teori yang sering dikenal hari ini sebagai Teori Evolusi Budaya.
18.
Unilinear
Antroplogi Evolusi
Lewis Henry Morgan, melihat evolusi budaya melalui
konsep yang agak berbeda, bahwa dari kesatuan psikis makind. Morgan
menyimpulkan bahwa tahap semua budaya lebih atau berkembang secara paralel
pikir didefinisikan secara resmi ia sebut babarism' dan akhirnya peradaban tapi
beberapa budaya bergerak lebih cepat atau kemajuan lebih lanjut dari yang lain
Morgan dianggap orang-orang yang terjauh maju menjadi unggul. Tylor merasa
bahwa superioritas Eropa pada abad kesembilan belas dapat dijelaskan oleh
faktor lingkungan, seperti posisi geografis yang menguntungkan.
Penggunaan kriteria teknologi untuk mendefinisikan tahap dan untuk
menetapkan status perkembangan ke suatu budaya tertentu dan banyak kesalahan
yang berkomitmen dalam menafsirkan atau mengevaluasi data sumber yang digunakan
sering tidak dievaluasi secara kritis.
19.
Franz Boas Dan Antropologi Empiris
Pikiran Boas Franz dan muridnya
selama bagian awal abad kedua puluh bertentangan dengan evolusionis unilinear,
Boas mengadopsi pendekatan induktif yang ketat untuk belajar dari manusia dan
budaya mereka. Boas menekankan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data
primer yang akhirnya akan menyebabkan teori yang layak dan penjelasan.
20.
Munculnya Arkeologi Modern
Arkeologi profesional modern muncul
ketika skema interpretatif mulai diterapkan pada bukti prasejarah. Arkeolog
sebuah ilmuwan lain sekarang umumnya mengacu pada skema interpretatif sebagai
model. Model pada dasarnya adalah sebuah bentuk hipotesis itu dibangun dan
diuji sesuai dengan metode ilmiah.
Dalam arkeologi, kedua jenis model dapat dibagi lagi
menjadi model sinkronis dan diakronis.
1. Model
sinkronis bersifat statis yang menggambarkan atau menjelaskan fenomena pada
satu titik waktu.
2. Model
diakronis bersifat dinamis yang menggambarkan atau menjelaskan fenomena melalui
waktu.
Sebelum abad ke-19
model awal yang digunakan untuk menginterpretasikan data arkeologi tidak selalu
secara resmi ditetapkan, namun peneliti sering dipaksa fakta agar sesuai dengan
keinginan mereka.
21.
Interpretasi
Sejarah
Skema sejarah pertama banyak digunakan dalam
interpretasi arkeologi adalah tiga tahap urutan teknologi yaitu usia batu,
perunggu, dan teknologi besi. Salah satu usulan awal dari urutan tiga tahap
untuk pengembangan teknologi di Eropa dibuat oleh Johann von Eckart, seorang
historioan Jerman awal abad kedelapan belas. Menafsirkan artefak dari gundukan
pemakaman, Eckart menegaskan bahwa bahan awal berasal dari era sebelum penemuan
alat-alat logam (Zaman Batu), dan bahwa era ini diikuti oleh Zaman Perunggu dan
akhirnya Zaman Besi. Setelah itu banyak pendapat-pendapat yang muncul tentang
pembagian zaman ini. Hingga pada akhir abad 19, arkeologi Eropa didasarkan pada
kerangka kronologis sejarah berkembang dengan baik.
22.
Interpretasi
Antropologi
Pada abad ke-20 arkeolog
Amerika menggunakan metode penggalian untuk penelitiannya dengan cara yang
berbeda. Perbedaannya yaitu juga meluas hingga ranah etnografi dan linguistik.
23. Etnografi
Merekonstruksi Masa Lalu
Etnografi juga digunakan untuk
merekonstruksi kejadian masa lampau yang merupakan bagian dari antropologi.
Etnografi berguna untuk mengetahui kehidupan dan kebudayaan masyarakat pada
suatu bangsa. Etnografi ini digunakan oleh beberapa ahli diantaranya F.
H. Cushing yang menggunakan
tembikar untuk mengetahui hubungan masyarakat tersebut dengan leluhurnya.
24.
Normatif
Model Kebudayaan
. Semua perilaku manusia berpola dan bermotif
ditentukan oleh budaya. Konsep normatif budaya menyatakan bahwa, dalam suatu
masyarakat tertentu, pola perilaku adalah hasil dari kepatuhan terhadap
seperangkat aturan atau norma-norma untuk perilaku. Aturan diwariskan dari satu
generasi ke generasi. Dalam pandangan ini, budaya berubah melalui waktu sebagai
akibat dari pergeseran norma-norma bersama dapat hasil dari kedatangan dan
penerimaan ide-ide baru dalam budaya. Interaksi tersebut dengan budaya lain
biasanya disebut difusi. Ide juga bisa berubah dari waktu ke waktu melalui
mekanisme internal seperti inovasi atau hanyut budaya (variasi kesempatan di
investory ide bersama, analog dengan konsep biologis pergeseran genetik).
Arkeolog menggunakan tampilan budaya untuk
merekonstruksi sifat dan urutan perilaku masa lalu. Sisa budaya yang ditemukan
arkeolog dianggap mewakili norma perilaku masa lalu dan menjadikannya sumber
belajar dari generasi tua. Pandangan normatif dijadikan sebagai budaya
perangkat yang mengatur, memelihara, dan melestarikan perilaku yang sesuai
dalam masyarakat karena perilaku tersebut bermotif dan untuk tingkat prediksi
mengumpulkan masa lalu.
25.
Fungsional
Model Kebudayaan
Konsep Fungsional dikembangkan di
Prancis dan Inggris dengan nama Funsionalisme. Perkembangan sekolah fungsional
tradisional atau peran penting ulama seperti Emile Durkheim dan A.R.
Radcliffe-Brown. Tapi kita hanya akan membahas tentang Bronislaw Malinowski.
Menurut Malinowski, budaya adalah warisan artefak, ide ide, kebiasaan, dan
nilai nilai yang menurut definisi literal, ide tidak terlalu berbeda dengan
yang sebelumnya. Tapi Malinowski menegaskan bahwa setiap budaya terdiri dari
satu set aspek yang tak dapat dipisahkan. Menurut pandangan Fungsionalis,
sistem budaya menyediakan kebutuhan untuk berbagai kebutuhan anggota masyarakat
baik secara individu maupun kolektif.
Pendekatan Fungsional memberikan pandangan sinkronis bahwa budaya
cenderung membayangkan masyarakat sebagai terus menerus menyesuaikan, belum
stabil, dan sistemnya diatur secara internal.
Penyempurnaan terbaru dari pendekatan Fungsional untuk
arkeologi telah dibuat oleh Lewis Binford , yang mengkalsifikasikan bahan
arkeologi dalam tiga kategori yang sesuai dengan fungsinya. Contoh etnografi
yang mencolok dari banyaknya fungsi yang dilayani oleh beberapa artefak yang
dijelaskan dalam deskripsi yang disusun oleh Lauriston Sharp. Selanjutnya
perubahan dalam berbagai jenis atribut mungkin terjadi secara independen. Oleh
karena itu perubahan dalam lembaga-lembaga sosial status hubungan atau bahkan
sistem kepercayaan mungkin mengakibatkan perubahan atribut tertentu dari norma,
tanpa mempengaruhi atribut-atribut yang berasal dari fungsi dasar yang ada.
26.
Model
Perkembangan Budaya
Seperti yang kita telah pemandangan normatif budaya
didasarkan pada bentuk dan memiliki aspek sinkronis dan diakronis model
fungsional budaya berdasarkan pada fungsi komponen dalam suatu sistem dan
sinkronis. kita sekarang akan mempertimbangkan model budaya yang berusaha
pemahaman tentang proses budaya yang identifikasi faktor yang bertanggung jawab
untuk arah dan sifat perubahan dalam sistem budaya.
27.
Model
Prosesual Budaya
Arkeolog yang menggunakan model ekologi budaya
berusaha untuk mengidentifikasi sebanyak komponen dari sistem interaktif kuno untuk
membedakan antara aspek fisik, biologi, dan budaya serta mengidentifikasi
segmen teknologi. Model evolusi multilinear seperti ekologi budaya didasarkan
pada asumsi bahwa setiap masyarakat manusia beradaptasi dengan lingkungannya
terutama melalui teknologi dan sekunder dengan subsistem organisasi dan
ideasional nya. Berdasarkan ekologi budaya dan evolusi multilinear, memungkinkan
para arkeolog prasejarah untuk mengeksplorasi dinamika masyarakat pertumbuhan
manusia.
28.
Arkeologi
dari Data
Aktivitas manusia purba, dari yang zaman batu kecil
(Paleolitik) hingga kontruksi arsitektur reruntuhan raksasa (megalitik), dapat
menjadi data arkeolog untuk mengetahui signifikasi. Bentuk dasar data arkeologi
antara lain:
1. Artefak adalah bagian dari situs yang
telah terlepas atau telah terpisah karena rusak atau gejala alam.
2. Features adalah bagian dari artefak yang
tidak bisa dipulihkan secara utuh, karena merupakan benda alam yang dibentuk
kemudian menjadi situs.
3. Ekofak adalah peninggalan kebudayaan
masa lalu seperti sisa-sisa tulang hewan dan sisa makanan manusia.
4. Situs adalah gabungan dari unsur
artefak, features dan ekofak. Situs dapat dikategorikan dalam berbagai cara,
misalnya situs diposisi terbuka seperti di gua atau di gunung menandakan
kondisi alam saat itu. Ada juga situs hunian, pemakaman, dan lainnya.
5. Daerah
Dalam konsep
geografis daerah didefinisikan sebagai area yang dibatasi oleh gunung dan air.
Namun definisi daerah arkeologi juga meninjau faktor ekologi dan budaya. Pendekatan
daerah mengorientasikan arkeologi prasejarah untuk unit geografi yang lebih
luas.
29.
Proses
Perilaku dan Transformasi
Data arkeologi adalah sumber untuk dua faktor yaitu: proses perilaku dan proses transformasi. Sebagian besar perilaku manusia melakukan perubahan terhadap lingkungan alam hingga beberapa tingkat, dan kemudian beberapa masyarakat mempengaruhi sekitarnya. Aktifitas yang mempengaruhi lingkungan hidup yang dimaksud dengan proses perilaku. Semua data arkeologi menyebutkan tiga tahap perilaku ideal berturut-turut yaitu: pembuatan, penggunaan dan deposisi. Proses transformasi yang telah dimodifikasi data spesifik setiap situs oleh arkeologi harus dievaluasi secara individual, Karena data arkeologi adalah hasil dari proses perilaku dan transformasional berurutan, selain itu untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dari data yang tersedia, arkeolog harus memahami kedua set proses.
30. Matrix, Asal, Dan Asosiasi.
Matriks merujuk pada media fisik yang mengelilingi, memegang, dan mendukung materi arkeologi. paling sering media ini terdiri dari berbagai macam zat tanah, seperti humus, pasir, lumpur, kerikil, dan batu apung. sifat matriks biasanya merupakan petunjuk penting untuk memahami artefak, fitur, atau ecofacts, misalnya artefak pulih dari matriks aluvial (diendapkan oleh air yang mengalir) mungkin telah disimpan oleh tindakan alami dari sungai atau aliran. matriks juga menjadi produk dari kegiatan hunan seperti pengendapan jumlah besar tanah untuk membangun sebuah panggung dari tanah.
Asal hanya mengacu pada lokasi atau posisi horisontal dan vertikal pada atau di dalam matriks - di mana arkeolog menemukan data. Informasi asal memungkinkan arkeolog untuk merekam (dan kemudian untuk merekonstruksi) asosiasi dan konteks. Asosiasi berbagai jenis data dapat menjadi sangat penting untuk penafsiran peristiwa masa lalu, sedangkan konteks adalah interpretasi makna deposisi artefak dalam hal matriks, asal, dan asosiasi yaitu, di mana itu dan bagaimana hal itu terjadi.
Ada dua macam konteks utama. Konteks utama yang
terkait dengan penggunaan adalah hasil dari deposit pada lokasi dimana artifak
dibuatb atau digunakan. Adanya 2
keterkaitan atau lebih antara artifak dengan konteks utama biasanya berarti
mereka digunakan dan didepositkan pada waktu yang sama. Konteks kedua tertuju
pada suatu kondisi dimana kedua sumber dan matriks telah seluruhnya atau
sebagian terpapar oleh proses transformasi. Konteks kedua secara alamiah adalah
hasil dari gangguan yang berasal dari apapun selain kegiatan manusia, seperti
hewan, akar pohon, atau kejadian alam (gempa, gunung berapi, erosi). Penentuan
konteks utama dan konteks yang terkait dengan penggunaan memungkinkan untuk
rekonstruksi secara langsung dari tingkah laku kuno. Proses rekonstruksi
berjalan lambat karena jumlah banyak kasus adalah kerapuhan dari artifak,
keseluruhan area dibagi menjadi persegi. Penemuan dalam suatu persegi haruslah
bersih sebelum memulai persegi selanjutnya.
Sebagai hasil Dari proses perekaman sumber yang hati-hati, dan hubungan antar artifak,
sebuah pemandangan kompleks pemakaman yang hampir sempurna bisa di rekonstruksi
dengan menggabungkan informasi dari setiap persegi. Penggunaan atau fungsi dari
sebuah artifak tidak bisa disimpulkan secara langsung dari kaitannya dengan
penyesuaian dari konteks asli. Dalam konteks utama keterkaitan bisa digunakan
untuk membuat kronologis sementara dengan tidak adanya gangguan, kemudian barang yang
diasosiasikan dengan sumber dan dalam matriks yang sama adalah sementara.
1. Tumpukan
Arkeologi Dialihkan Konteks Utama
Dalam
beberapa kasus kegiatan ini menghasilkan tumpukan sampah. Timbunan sampah adalah daerah khusus untuk pembuangan sampah:
mengandung artefak yang biasanya tidak terganggu dari saat deposisi mereka. Tumpukan sampah dapat dikatakan dalam konteks primer,
tetapi karena sifat deposisi mereka satu-satunya perilaku masa lalu langsung
tercermin dalam
penumpukan
dan pembuangan. Karenanya jenis
konteks primer atau
asosiasi dapat digunakan untuk membangun kronologis kesejaman: dengan tidak adanya
item gangguan kemudian dikaitkan dengan asal dan matrik kontemporer sementara. Jika timbunan sampah yang digunakan
selama periode waktu yang panjang kemudian relativitas posisi dalam deposit
(atau dalam strata tertentu tumpukan sampah) dapat digunakan untuk menilai
posisi kronologis relatif, sedangkan
sekunder
konteks (terganggu) terkait dengan
membantu
arkeolog dalam memahami bagaimana artefak datang untuk asosiasi.
2. Pengakuan
Penggunaan Konteks Sekunder Terkait: Makam Tut-Ankh-Amun
Penggalian
makam Firaun Mesir Tut-Ankh-Amun, hasil akhir dari daerah tersebut terganggu ditandai
dengan motif yang berbeda dari orang-orang di bagian tidak terganggu. Jika
gangguan tersebut belum diakui, asosiasi dan pengaturan artefak pulih mungkin
keliru ditafsirkan sebagai mewakili perilaku ritual penguburan. Kemudian interpretasi kronologis
bisa muncul untuk menentang logika.
3. Konteks
Sekunder Alami: Ban Chiang, Thailand
Konteks
sekunder alami mungkin
terjadi ketika menggali satwa,
kemudian artefak untuk membuat
interpretasi. Misalnya di Ban Chiang,
situs di utara Thailand serangkaian penguburan kuno yang disandinkan dengan
cara yang sangat kompleks,
dengan
lubang tumpang tindih.
Tapi terpisah dengan unit
yang berbeda oleh banyak liang hewan.
31.
Struktur
Data Arkeologi
Struktur data arkeologi memungkinkan arkeolog untuk
mengambil kesimpulan beberapa jenis aktivitas kuno. Inferensi perilaku
prasejarah bergantung pada dua dasar faktor kekelompokan dan pola unit data
yang pulih dalam asosiasi, untuk denda
bidang spasial aktivitas kuno (pengelompokan) kelompok yang menunjukkan beberapa karakteristik
fungsional yang konsisten, sebagai antara pola homogen atau heterogen , yang menentukan
jenis aktifitas kuno. Langkah terakhir
melibatkan sebuah kesimpulan atau fungsi dari unit data yang tersedia,
konsisten kekelompokan dan pola dari
data yang sama berfungsi untuk memperkuat kesimpulan fungsional. Kurangnya pengelompokan
atau pola dapat menghambat arkeolog membuat kesimpulan mengenai perilaku
prasejarah.
Pada tingkat berikutnya data kelompok mungkin
heterogen tetapi secara konsisten bermotif. Kelompok ini mungkin ditafsirkan
sebagai menunjukkan dua atau lebih aktivitas yang berbeda yang sering spasial
terpisah, reflektif usia atau perbedaan jenis kelamin sebagai refleksi dari
catatan arkeologi.
32.
Pendekatan
Arkeologi Data Akuisisi
Arkeologi berkaitan dengan mengumpulkan bukti dari
perilaku manusia melewati langkah pertama menuju pemahaman perilaku kuno
terhadap penelitian dan tujuan umum arkeologi. Realisasi tujuan tersebut membutuhkan
penemuan sebanyak mungkin tentang karakteristik atau data. Temuan penelitian
yang tidak lengkap dan kesimpulan tidak
falid, berarti bahwa arkeolog mendapat
bukti data yang hanya sebagian dari variasi dalam catatan arkeologi. Dalam arti
Data arkeologi selalu tidak representatif: tidak semua perilaku menghasilkan
bukti nyata. Pada titik ini kita perlu mempertimbangkan bagaimana arkeologi
memilih strategi akuisisi data untuk memaksimalkan kegunaan dari bukti yang
tersedia.
33.
Data
Keseluruhan Dan Contoh Unit
Data keseluruhan dan contoh unit Langkah pertama dalam
akuisisi data adalah mendefinisikan batas-batas wilayah yang sedang diselidiki
dalam rangka untuk menempatkan batas praktis pada jumlah bukti yang
dikumpulkan. Sebuah wilayah dibatasi investigasi dapat disebut sebagai alam
semesta data. Dalam pendekatan regional investigasi membentang di atas alam
semesta jauh lebih besar, seperti seluruh lembah atau gunung kisaran mengandung
banyak situs individu.
Arkeolog juga harus menarik batas-temporal data yang
dicari adalah mereka dari interval waktu tertentu. Jadi salah satu penyidik
mungkin berusaha untuk memperoleh data sesuai dengan waktu yang relatif singkat
atau bahkan lebih panjang. Setelah ditetapkan, arkeologi data yang semesta
dibagi menjadi unit-unit sampel. Sebuah unit sampel adalah unit investigasi itu
dapat didefinisikan dengan baik kriteria yang sewenang-wenang atau arbitrer.
unit sampel non didefinisikan secara sewenang-wenang sesuai baik ke
daerah-daerah alami, seperti mikro-lingkungan.
Entitas budaya, seperti berbagai kelompok data adalah divisi spasial tanpa relevansi alam
atau budaya yang melekat. Contoh yang terakhir termasuk unit sampel didefinisikan
oleh sistem sektor koordinat geografis Secara umum, angka yang lebih besar dari
yang lebih kecil ukuran unit sampel acak yang lebih baik untuk unit lebih
sedikit dari ukuran yang lebih besar.
34.
Total
Akuisisi Data
Jumlah Data akuisisi melibatkan penyelidikan semua
unit dalam populasi arkeolog tidak pernah berhasil dalam pengumpulan bukti dari
alam semesta data yang diberikan teknik baru pemulihan dan analisis yang terus dikembangkan yang
memperluas definisi data. Perubahan dalam definisi masalah penelitian juga
mengubah definisi tentang apa yang diamati bahan dan hubungan ulang adalah
data.
35.
Contoh
Kumpulan Data
Contoh kumpulan data dalam kebanyakan kasus,
bagaimanapun hanya sebagian atau sampel dari data yang dikumpulkan dari kolam
data arkeologi yang diberikan. Batas dapat untuk sampel pulih sering sebagian
ditentukan oleh realitas ekonomi arkeolog jarang memiliki dana untuk
mempelajari semua unit potensial.
Chaeologist sangatlah
bermanfaat untuk memprediksi sampel ke populasi. Jenis sampel yang di gunakan
bisa berupa Sampling Frame dan Sample Size.
1.
Sampling
Frame
Cara
pengambilan sampel dengan terlebih dahulu memberi kan label pada semua unit dan
mengkonversikannya ke daftar.
2.
Sample
Size
Cara
pengambilan sampel dengan terlebih dahulu menentukan jumlah sampel yang akan
diambil. Metode pengambilan sampel jenis ini juga dikenal dengan nama sampling
fraction.
Semua jenis sample ini
memiliki aturan yang sama, yaitu harus merupakan 20 % dari populasi yang
menjadi objek penelitihan. Untuk melakukan pengambilan sampel terdapatnya
Metode/skema pengambilan sampel yang terbagi menjadi tiga yaitu :
1.
Sistem random sampling
Metode yang paling
dasar pengambilan sampel probabilistik. Random sampling tidak berarti
sembarangan dalam pengambilan sampel, tapi bukan berarti bahwa setiap unit
dalam bingkai memiliki kesempatan statistik yang sama untuk seleksi.
2.
Systematic
Sampling
Dapat
digunakan untuk memastikan interval yang sama spasial antara unit sampel, sehingga
menghilangkan salah satu potensi masalah yang dihadapi dalam simple random
sampling: yang terakhir mungkin menghasilkan konsentrasi berat unit sampel di
beberapa daerah penduduk, dengan sedikit atau tidak ada liputan di daerah lain. Metode ini memiliki tata aturan tersendiri mengenai
ukuran sample yang harus di dapat yaitu sampel yang di dapat harus merupakan 25
% dari suatu populasi.
3.
Stratified
Sampling
Metode ini terkenal juga dengan Sampling Strata membagi jenis sampel yang di dapatnya menjadi dua
yaitu blades dan non blades. Ukuran sampelnya pun terbagi menjadi dua jenis
yaitu Proportional dan Disproportional.
Dengan data apapun, arkeologi mencoba untuk mendapat
data dengan rentang waktu yang jauh untuk mengetahui perilaku atau budaya
manusia pada waktu itu. Pada arkeologi penelitian kebanyakan lebih condong pada
suatu hal yang menonjol ataupun spektakuler pada waktu itu. Untuk saat ini
bagaimanapun tujuan penelitian yang spesifik untuk mempelajari arkeologi dengan
sebanyak mungkin.
Rangkuman
1.
Definisi
Arkeologi
Arkeologi berasal
dari dua kata, yaitu arkeo dan logos. Arkeo berarti benda-benda kuno atau materi, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi dapat
disimpulkan bahwa arkeologi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda kuno.
Letak perbedaan antara arkeologi dengan sejarah adalah berupa bukti
rekonstruksinya, rekonstruksi arkeologi berasal dari benda-benda kuno sedangkan
sejarah berasal dari bukti tertulis, seperti arsip dan babat.
2.
Metode
Arkeologi
memiliki metode untuk merekontruksi peristiwa, diantaranya :
1. Bukti,
berupa benda kuno sebagai sumber utama rekonstruksi peristiwa.
2. Cara,
merupakan langkah yang digunakan untuk merekonstruksi peristiwa.
3. Teori,
digunakan untuk memperkuat penelitian.
4. Interpretasi,
penafsiran dari bukti untuk membentuk rekontruksi yang jelas.
3.
Sumber
Data
1. Artefak
adalah bagian situs yang terlepas karena rusak atau gejala alam.
2. Feature
adalah benda alam yang bekas aktivitas dimana alam digunakan sebagai tempatnya.
3. Ekofak
adalah peninggalan masa lalu berupa sisa tulang hewan dan sisa makanan manusia.
4. Situs
adalah gabungan dari beberapa artefak, feature, dan ekofak.
5. Kawasan
atau Daerah adalah gabungan dari beberapa situs.
4.
Sejarah
Arkeologi
Arkeologi muncul dari negara Denmark dimana terdapat
kelompok pengumpul barang-barang antik (antiquiran). Kemudian barang-barang
antik tersebut diklasifikasikan berdasarkan bentuk, bahan, dan keantikannya.
Sejak saat itu muncul beberapa pendapat para ahli tentang pengelompokan benda
antik, seperti J.Thompson yang mengelompokkan benda antik menjadi dua yakni
batu (paleolitik) yang kemudian dibagi menjadi batu kasar dan batu halus serta
benda logam (metalik). Kemudian disusul pendapat yang lain diantaranya Charles
Yafin. Sehingga benda-benda kuno yang dikelompokkan dengan tujuan tidak untuk
kesenangan mengoleksi (hobby) tetapi
sebagai ilmu yang disebut Arkeologi.
5.
Tujuan
Arkeologi
1. Mengklasifikasikan
bentuk kebudayaan material masa lampau berdasarkan ciri fisik dan
lingkungannya.
2. Menjelaskan
fungsi artefak dengan menggunakan analisis bentuk dan hubungan dengan benda
lain yang sejenis.
3. Memahami
proses budaya.
6.
Fungsi
Arkeologi
1. Form (Bentuk-bentuk)
Benda kuno yang
ditemukan diklasifikasikan berdasarkan bentuknya. Kemudian ditentukan waktu
yang hampir sama dan luasan ruangannya.
2. Function
(Fungsi)
Digunakan untuk
mengetahui fungsi dari suatu benda melalui analisis bentuk dengan hubungan
antara benda disekitarnya.
3. Process
(Proses)
Digunakan untuk
mengetahui perkembangan kebudayaan yang ada sesuai dengan penemuan bukti benda
kuno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar