Halaman

Minggu, 16 April 2017

ARKEOLOGI DAN PERKEMBANGANYA

     arkeologi telah kita kenal sebagai studi yang mempelajari semua benda yang sudah kuno, baik berupa benda alam maupun yang benda non-alam. namun untuk mengetahui apa itu arkeologi dan perkembangannya silahkan baca selengkapnya.
1.        Pandangan Masa Lampau
            Arkeologi mengkaji tentang pandangan masa lampau melalui peninggalan yang ada. Kewajiban arkeolog adalah merekonstruksi peristiwa yang terjadi di masa lalu melalui laporan hasil penelitian. Contoh yang termasuk ranah arkeologi adalah penemuan Makam Tutankhamun atau yang lebih baru dari pada makam kuno di China.

2.        Definisi Arkeologi
Arkeologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kebudayaan manusia di masa lalu melalui kajian sistematis atas benda-benda kuno atau materi yang ditinggalkan. Arkeologi memiliki metode dan teori untuk mengungkap sejarah, diantaranya:
1.      Bukti, digunakan sebagai sumber berupa bukti-bukti untuk merekonstruksi peristiwa.
2.      Metode, untuk menentukan cara yang digunakan untuk rekonstruksi.
3.      Teori, penggunaan teori penting dalam rekonstruksi untuk memperkuat penelitian.
4.      Interpretasi, penafsiran dari bukti yang ada sehingga membentuk rekonstruksi yang jelas.
 Tujuan dari arkeologi itu sendiri adalah
1.   Mengklasifikasikan bentuk kebudayaan material masa lampau berdasarkan ciri fisik dan lingkungan.
2.   Menjelaskan fungsi artefak dengan menggunakan analisis bentuk dan hubungan dengan benda lain yang jenis.
3.   Memahami proses budaya.
Society of Professional Archeologist (SOPA) adalah organisasi persatuan arkeolog yang banyak menyumbang besar dalam pemikiran ilmu arkeologi yang didirikan 1976. Beberapa hal yang di tekankan dalam pendidikan arkeologi oleh organisasi ini adalah Pendidikan dan Palatihan arkeologi dan juga pelatihan untuk menambahkan pengalaman untuk membentuk arkeolog yang profesional.
                                               
3.        Arkeologi dan Sejarah
            Arkeologi jelas berkaitan dengan bidang sejarah, bahwa kedua disiplin ini mencari pengetahuan dari masa lalu manusia. Perbedaan antara kedua disiplin ini dimulai dengan cara mengumpulkan sumber-sumber informasi, hal ini yang menyebabkan perbedaan dalam metodologi, teknik di mana masa lalu dipelajari. Sejarah menggunakan sumber-sumber tertulis dari masa lalu, sedangkan Arkeologi lebih terfokus kepada sisa-sisa peninggalan fisik masa lalu.

4.        Arkeologi Sejarah dan Prasejarah
            Arkeologi sejarah mengacu kepada penyelidikan arkeologi yang dilakukan bersama dengan analisis dengan catatan tertulis. Arkeologi prasejarah mempelajari masyarakat dan periode waktu yang kurang tradisi historis. Jadi catatan sejarah yang tersedia itu bisa dijadikan informasi arkeologi, serta dapat menambah pemahaman kita tentang era masa lalu.
Protosejarah adalah periode transisi yang menjembatani periode dari prasejarah menuju sejarah. Namun dalam hal ini sering mengalami masalah pada penggunaan data arkeologi tanpa adanya dokumen sejarah. Untuk itu, data arkeologi dan sejarah harus digabungkan untuk memperoleh data yang valid. Disisi lain, daerah yang dulu kita kenal melalui perspektif arkeologi mulai berkembang menjadi perspektif sejarah.
5.        Arkeologi, Antropologi, Budaya
            Dalam artian luas, antropologi meliputi banyak ilmu pengetahuan mengenai manusia. Ini juga studi dari perspektif:
1.      Pandangan Diakronik menekankan pengembangan melalui aspek waktu
2.      Pandangan Sinkronik menekankan keadaan sosial masyarakat dengan atau tanpa penekanan waktu.
            Dasar antropologi biasanya terbagi dalam beberapa subdisiplin, seperti antropologi budaya, bahasa, fisik, sosial, etnografi, dll. Dari beberapa subdisiplin tersebut ada beberapa yang digabungkan untuk tujuan tertentu, seperti paleoantropologi dan antropologi fisik untuk memperoleh bukti dari peninggalan biologis manusia dan evolusi budaya.
Meskipun mengalami perbedaan, antropologi disatukan oleh suatu faktor penting, yaitu sistem budaya. Istilah budaya sendiri memiliki dua makna konotasi. Pada arti umum budaya mengacu pada penambahan unik manusia dengan dimensi biologis dan sosial yang kita bagikan dengan bentuk kehidupan lainnya. Namun pada arti yang lebih khusus, antropologi mengacu pada sistem budaya tertentu dan unik dari suatu individu sosial masyarakat.


6.        Arkeologi Dan Ilmu Pengetahuan
            Antropologi bisa diartikan sebagai ilmu pengetahuan manusia. Sedangkan ilmu pengetahuan sendiri bermakna pengetahuan untuk memahamkan sehingga kita bisa mengamatinya. Berarti ilmu pengetahuan tidaklah mempelajari sesuatu yang tidak bisa diamati dan dirasakan, seperti teologi, filsafat, dan ilmu gaib. Untuk itulah dalam Ilmu Pengetahuan dikembangkan suatu metode yang berguna bagi pengetahuan studi ilmiah. Metode tersebut kemudian disebut metode ilmiah.

7.        Metode Ilmiah
            Hasilnya ini adalah suatu ilmu pengetahuan dengan suatu penalaran baik dari deduktif maupun induktif. Pengamatan induktif dimulai dari pengamatan khusus dan hasilnya untuk generalisasi. Sedangkan penalaran deduktif berbeda arah, yaitu melanjutkan implikasi generalisasi dari induktif tersebut. Dalam arkeologi metode induktif mungkin kurang tepat dibandingkan metode deduktif. Hal ini dikarenakan induktif berdebat tentang keteraturan umum dari serangkaian contoh khusus yang melibatkan beberapa tingkat pemahaman atau intuisi. Namun induksi dan deduksi saling bekerja sama untuk menghasilkan metode yang harmonis sehingga menghasilkan hipotesis baru atau prinsip-prinsip dari keterangan dan kemudian baru menguji hipotesis mereka.


            Untuk menguji hipotesis tertentu seseorang harus melakukan langkah-langkah berikut:
1.        Merancang hipotesis alternatif dan saling berhubungan.
2.        Menyusun tes percobaan yang akan membedakan antar hipotesis.
3.        Melakukan tes percobaan (mengumpulkan data yang relevan).
4.        Menghapus hipotesis tersebut apabila tidak dibutuhkan.
Prosedur pengujian ini berusaha menemukan hipotesis yang paling tepat dengan fenomena yang diamati.

8.        Ilmu Arkeologi
            Banyak arkeolog berpendapat bahwa ilmu-ilmu pengetahuan sangat berkontribusi bagi ilmu arkeologi dan menyangkal kalau arkeologi merupakan ilmu sejati. Hal ini berkembang sejak arkeologi berkaitan dengan denomena di luar bidang ilmu fisik yaitu, proses kehidupan sosial, perilaku individu, dan perilaku kelompok. Pandangan ini konsisten dengan arkeologi tradisional yang berhubungan dengan sejarah dan perspektif humanistik. Arkeologi juga tidak bisa menggunakan percobaan dan dirancang untuk menguji proposisi, tetapi hanya dapat mengamati sisa-sisa yang bertahan dari kerasnya waktu.

9.        Zaman Kuno dan Asal Usul Arkeologi
Ilmu pengetahuan yang di lahirkan oleh Darwin dan Wallace yakni dapat menghasilkan tentang lahirnya teori evolusi yang merupakan ilmu pengetahuan yang terlihat dalam arkeologi. Arkeologi tidak meloncat maju sepenuhnya di kembangkan, akan tetapi muncul secara bertahab dari asal yang beragam. Pada dasarnya teretak pada pekerjaan kolektor amatir dan spekulan yang sering disebut zaman kuno yang dlam hal ini adalah kolektor dari cerita masa lalu.
Peradaban klasik Mediterania menggunakan penggalian untuk mengetahui masa lalu mereka. Periode setelah abad pertengahan, kebangkitan empat - kesepuluh abad ketujuh, adalah era kepentingan terbangun dalam seni, sastra, dan belajar. itu juga waktu minat baru di masa lalu, terutama di barang antik dari peradaban Mediterania klasik. Sebagai loating dan penghancuran barang antik berlanjut di Eropa dan daerah-daerah lain di dunia, beberapa individu mulai menonjol tidak hanya kolektor, tetapi sebagai orang tertarik untuk belajar tentang masa lalu melalui upaya mereka untuk mengklasifikasikan dan menafsirkan sisa-sisa.

10.    Mengungkap Masa Pra Aksara
Tentang manusia purba di London pada 1690, Conyers mengungkapkan temuan berupa kapak batu yang sama tua usianya dengan kerangka gajah purba, namun ungkapan tersebut dibantah karena diduga kerangka gajah tersebut dari abad yang sudah ada aksara sebelum masehi. Pada 1797 Frere dalam perhimpunan arkeologi fauna Hoxne menemukan reruntuhan primitive pada lubang ekskavasi di Inggris berupa batuan yang telah dibentuk, namun penemuan ini diabaikan. Pada 1859, terdapat usaha untuk menyamakan teori Darwin dengan penemuan arkeologi demi kemajuan penungkapan peradaban prasejarah.


11.    Penemuan Prasejarah Modern
Awal abad 16, Eropa dihadapi dengan kehancuran peradaban Meksiko dan Peru. Namun dari kebudayaan perkuburan, kuil dan patung dikatakan sebagai karya bangsa. Suku Indian Amerika yang tinggal diyakini mampu membangun hal tersebut. Merupakan rekonstruksi dari  Hernando de soto yang melakukan awal perjalanan dari lembah Mississippi ke Spanyol. Setelah revolusi Amerika, Jefferson melakukan ekskavasi pertama di amerika yaitu suatu lapisan di lembah sungai Rivanna. Prestasi Jefferson selain menjadi pelopor dalam ekskavasi juga orang pertama yang menggunakan stratigrafi untuk menafsirkan penemuannya. pada tahun 1841 dan 1843. John Lloyd Stephens dan Frederick Catherwood mengemukakan penemuan reruntuhan spektakuler peradaban maya yang hilang di hutan Amerika Tengah. Yang menjadi pembangkit penelitian tentang suku maya sebagai nenek moyang amerika. karya-karya dari Squier dan davis merupakan puncak dari penelitian antik di dunia modern.

12.    Penjarah Dan Prasejarah
Pada abad kesembilan belas, ekspansi kolonial Eropa dan Amerika ke daerah yang belum dijelajahi dari Asia, Africa dan Amerika Latin diantaranya dalam era baru penemuan dan arkeologi, sayangnya penemuan tersebut didapat agaknya seperti penjarahan untuk mendapat artefak, karena pencarian terlampau luas dan besar-besaran serta memindahkannya dari lokasi penemuan sehingga tidak memperdulikan lingkungan yang seharusnya dapat menjelaskan tentang penemuan tersebut.









13.    Transisi Ke Arkeologi Professional Masalah Interpretasi
Interpretasi bervariasi tergantung pada situasi tertentu, sisa bahan arkeolog biasanya hanya tersebar di pusat kebudayaan masa lalu untuk mengungkap hal tersebut rekonstruksi dilakukan dengan membayangkan artefak budaya masa lalu dengan fungsi perabotan masa kini. Dengan mengajukan hipotetis, bentuk dan materi untuk teka-teki, kita mungkin dapat untuk merekonstruksi hal itu. jika salah satu skema gagal untuk bekerja, kita bisa mengusulkan lain sebagai gantinya, sampai kita berhasil. Pada awal abad kesembilan belas, pengumpulan bahan arkeologi banyak dan cepat namun penafsiran tentang bahan tersebut masih kurang sehingga menyebabkan sulitnya mengungkapakan peradaban masa lalu Amerika.

14.    Pengaruh Gagasan Antropologi
Antropologi dikembangkan selama abad kesembilan belas sebagai perpaduan dari beberapa tren filosofis yang beragam. ini termasuk gagasan evolusi biologis, doktrin kemajuan sosial, dan gagasan evolusi budaya.

15.    Gagasan Evolusi
Konsep bahwa bentuk-bentuk kehidupan biologis adalah hasil dari bertahapnya transformasi jangka panjang satu yang lama, gagasan teolog dalam hal ini berlawanan dengan yang diberikan dalam kitab. Pandangan teologisnya  adalah bahwa sejarah bumi relatif singkat dan bahwa semua spesies hidup tetap dan tidak berubah.
Selama sejarah planet serangkaian bencana geologi terjadi yang menghancurkan semua bentuk kehidupan dari waktu mereka. Setiap bencana diikuti oleh ciptaanbentuk muka bumi baru. Pandangan ini sering dilihat sebagai rekonsiliasi bukti geologi dan paleontologi dengan posisi teologis.

16.    Ide-ide Kemajuan dan Positivisme
Gagasan evolusi biologis yang mengatakan bahwa perubahan bukan stabilitas tatanan alam, pada gilirannya memberikan dukungan kepada gagasan evolusi sosial. Gagasan bahwa bentuk-bentuk perubahan masyarakat manusia dan berkembang adalah pandangan yang relatif kuno. Bentuk awal itu adalah jelas dalam ide-ide dari filsuf Lucretius Roman di SM abad pertama pada abad kedelapan belas, banyak filsuf Eropa berdebat bahwa perubahan dan kemajuan merupakan bagian dari tatanan sosial alami manusia. Posisi filosofis ini, disebut positivisme, membuat seleksi alam tampak sebagai masuk akal mekanisme untuk evolusi sosial sebagai evolusi biologi.

17.    Gagasan Evolusi Budaya
Antropologi dikembangkan pada abad kesembilan belas sebagai disiplin yang berusaha untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang masyarakat non Barat. Sebagian besar dalam rangka menciptakan teori universal perbedaan budaya dan sosial manusia. Teori yang sering dikenal hari ini sebagai Teori Evolusi Budaya.




18.    Unilinear Antroplogi Evolusi
Lewis Henry Morgan, melihat evolusi budaya melalui konsep yang agak berbeda, bahwa dari kesatuan psikis makind. Morgan menyimpulkan bahwa tahap semua budaya lebih atau berkembang secara paralel pikir didefinisikan secara resmi ia sebut babarism' dan akhirnya peradaban tapi beberapa budaya bergerak lebih cepat atau kemajuan lebih lanjut dari yang lain Morgan dianggap orang-orang yang terjauh maju menjadi unggul. Tylor merasa bahwa superioritas Eropa pada abad kesembilan belas dapat dijelaskan oleh faktor lingkungan, seperti posisi geografis yang menguntungkan.
Penggunaan kriteria teknologi untuk mendefinisikan tahap dan untuk menetapkan status perkembangan ke suatu budaya tertentu dan banyak kesalahan yang berkomitmen dalam menafsirkan atau mengevaluasi data sumber yang digunakan sering tidak dievaluasi secara kritis.

19.    Franz Boas Dan Antropologi Empiris
Pikiran Boas Franz dan muridnya selama bagian awal abad kedua puluh bertentangan dengan evolusionis unilinear, Boas mengadopsi pendekatan induktif yang ketat untuk belajar dari manusia dan budaya mereka. Boas menekankan penelitian lapangan untuk mengumpulkan data primer yang akhirnya akan menyebabkan teori yang layak dan penjelasan.

20.    Munculnya Arkeologi Modern
Arkeologi profesional modern muncul ketika skema interpretatif mulai diterapkan pada bukti prasejarah. Arkeolog sebuah ilmuwan lain sekarang umumnya mengacu pada skema interpretatif sebagai model. Model pada dasarnya adalah sebuah bentuk hipotesis itu dibangun dan diuji sesuai dengan metode ilmiah.
Dalam arkeologi, kedua jenis model dapat dibagi lagi menjadi model sinkronis dan diakronis.
1.    Model sinkronis bersifat statis yang menggambarkan atau menjelaskan fenomena pada satu titik waktu.
2.    Model diakronis bersifat dinamis yang menggambarkan atau menjelaskan fenomena melalui waktu.
Sebelum abad ke-19 model awal yang digunakan untuk menginterpretasikan data arkeologi tidak selalu secara resmi ditetapkan, namun peneliti sering dipaksa fakta agar sesuai dengan keinginan mereka.

21.    Interpretasi Sejarah
Skema sejarah pertama banyak digunakan dalam interpretasi arkeologi adalah tiga tahap urutan teknologi yaitu usia batu, perunggu, dan teknologi besi. Salah satu usulan awal dari urutan tiga tahap untuk pengembangan teknologi di Eropa dibuat oleh Johann von Eckart, seorang historioan Jerman awal abad kedelapan belas. Menafsirkan artefak dari gundukan pemakaman, Eckart menegaskan bahwa bahan awal berasal dari era sebelum penemuan alat-alat logam (Zaman Batu), dan bahwa era ini diikuti oleh Zaman Perunggu dan akhirnya Zaman Besi. Setelah itu banyak pendapat-pendapat yang muncul tentang pembagian zaman ini. Hingga pada akhir abad 19, arkeologi Eropa didasarkan pada kerangka kronologis sejarah berkembang dengan baik.


22.    Interpretasi Antropologi
Pada abad ke-20 arkeolog Amerika menggunakan metode penggalian untuk penelitiannya dengan cara yang berbeda. Perbedaannya yaitu juga meluas hingga ranah etnografi dan linguistik.

23.    Etnografi Merekonstruksi Masa Lalu
Etnografi juga digunakan untuk merekonstruksi kejadian masa lampau yang merupakan bagian dari antropologi. Etnografi berguna untuk mengetahui kehidupan dan kebudayaan masyarakat pada suatu bangsa. Etnografi ini digunakan oleh beberapa ahli diantaranya F. H. Cushing yang menggunakan tembikar untuk mengetahui hubungan masyarakat tersebut dengan leluhurnya.

24.    Normatif Model Kebudayaan
. Semua perilaku manusia berpola dan bermotif ditentukan oleh budaya. Konsep normatif budaya menyatakan bahwa, dalam suatu masyarakat tertentu, pola perilaku adalah hasil dari kepatuhan terhadap seperangkat aturan atau norma-norma untuk perilaku. Aturan diwariskan dari satu generasi ke generasi. Dalam pandangan ini, budaya berubah melalui waktu sebagai akibat dari pergeseran norma-norma bersama dapat hasil dari kedatangan dan penerimaan ide-ide baru dalam budaya. Interaksi tersebut dengan budaya lain biasanya disebut difusi. Ide juga bisa berubah dari waktu ke waktu melalui mekanisme internal seperti inovasi atau hanyut budaya (variasi kesempatan di investory ide bersama, analog dengan konsep biologis pergeseran genetik).
Arkeolog menggunakan tampilan budaya untuk merekonstruksi sifat dan urutan perilaku masa lalu. Sisa budaya yang ditemukan arkeolog dianggap mewakili norma perilaku masa lalu dan menjadikannya sumber belajar dari generasi tua. Pandangan normatif dijadikan sebagai budaya perangkat yang mengatur, memelihara, dan melestarikan perilaku yang sesuai dalam masyarakat karena perilaku tersebut bermotif dan untuk tingkat prediksi mengumpulkan masa lalu.

25.    Fungsional Model Kebudayaan
            Konsep Fungsional dikembangkan di Prancis dan Inggris dengan nama Funsionalisme. Perkembangan sekolah fungsional tradisional atau peran penting ulama seperti Emile Durkheim dan A.R. Radcliffe-Brown. Tapi kita hanya akan membahas tentang Bronislaw Malinowski. Menurut Malinowski, budaya adalah warisan artefak, ide ide, kebiasaan, dan nilai nilai yang menurut definisi literal, ide tidak terlalu berbeda dengan yang sebelumnya. Tapi Malinowski menegaskan bahwa setiap budaya terdiri dari satu set aspek yang tak dapat dipisahkan. Menurut pandangan Fungsionalis, sistem budaya menyediakan kebutuhan untuk berbagai kebutuhan anggota masyarakat baik secara individu maupun kolektif.  Pendekatan Fungsional memberikan pandangan sinkronis bahwa budaya cenderung membayangkan masyarakat sebagai terus menerus menyesuaikan, belum stabil, dan sistemnya diatur secara internal.
Penyempurnaan terbaru dari pendekatan Fungsional untuk arkeologi telah dibuat oleh Lewis Binford , yang mengkalsifikasikan bahan arkeologi dalam tiga kategori yang sesuai dengan fungsinya. Contoh etnografi yang mencolok dari banyaknya fungsi yang dilayani oleh beberapa artefak yang dijelaskan dalam deskripsi yang disusun oleh Lauriston Sharp. Selanjutnya perubahan dalam berbagai jenis atribut mungkin terjadi secara independen. Oleh karena itu perubahan dalam lembaga-lembaga sosial status hubungan atau bahkan sistem kepercayaan mungkin mengakibatkan perubahan atribut tertentu dari norma, tanpa mempengaruhi atribut-atribut yang berasal dari fungsi dasar yang ada.

26.    Model Perkembangan Budaya
Seperti yang kita telah pemandangan normatif budaya didasarkan pada bentuk dan memiliki aspek sinkronis dan diakronis model fungsional budaya berdasarkan pada fungsi komponen dalam suatu sistem dan sinkronis. kita sekarang akan mempertimbangkan model budaya yang berusaha pemahaman tentang proses budaya yang identifikasi faktor yang bertanggung jawab untuk arah dan sifat perubahan dalam sistem budaya.

27.    Model Prosesual Budaya
Arkeolog yang menggunakan model ekologi budaya berusaha untuk mengidentifikasi sebanyak komponen dari sistem interaktif kuno untuk membedakan antara aspek fisik, biologi, dan budaya serta mengidentifikasi segmen teknologi. Model evolusi multilinear seperti ekologi budaya didasarkan pada asumsi bahwa setiap masyarakat manusia beradaptasi dengan lingkungannya terutama melalui teknologi dan sekunder dengan subsistem organisasi dan ideasional nya. Berdasarkan ekologi budaya dan evolusi multilinear, memungkinkan para arkeolog prasejarah untuk mengeksplorasi dinamika masyarakat pertumbuhan manusia.
28.    Arkeologi dari Data
Aktivitas manusia purba, dari yang zaman batu kecil (Paleolitik) hingga kontruksi arsitektur reruntuhan raksasa (megalitik), dapat menjadi data arkeolog untuk mengetahui signifikasi. Bentuk dasar data arkeologi antara lain:
1.    Artefak adalah bagian dari situs yang telah terlepas atau telah terpisah karena rusak atau gejala alam.
2.    Features adalah bagian dari artefak yang tidak bisa dipulihkan secara utuh, karena merupakan benda alam yang dibentuk kemudian menjadi situs.
3.    Ekofak adalah peninggalan kebudayaan masa lalu seperti sisa-sisa tulang hewan dan sisa makanan manusia.
4.    Situs adalah gabungan dari unsur artefak, features dan ekofak. Situs dapat dikategorikan dalam berbagai cara, misalnya situs diposisi terbuka seperti di gua atau di gunung menandakan kondisi alam saat itu. Ada juga situs hunian, pemakaman, dan lainnya.
5.    Daerah
               Dalam konsep geografis daerah didefinisikan sebagai area yang dibatasi oleh gunung dan air. Namun definisi daerah arkeologi juga meninjau faktor ekologi dan budaya. Pendekatan daerah mengorientasikan arkeologi prasejarah untuk unit geografi yang lebih luas.










29.    Proses Perilaku dan Transformasi
Data arkeologi adalah sumber untuk dua faktor yaitu: proses perilaku dan proses transformasi. Sebagian besar perilaku manusia melakukan perubahan terhadap lingkungan alam hingga beberapa tingkat, dan kemudian beberapa masyarakat mempengaruhi sekitarnya. Aktifitas yang mempengaruhi lingkungan hidup yang dimaksud dengan proses perilaku. Semua data arkeologi menyebutkan tiga tahap perilaku ideal berturut-turut yaitu: pembuatan, penggunaan dan deposisi. Proses transformasi yang telah dimodifikasi data spesifik setiap situs oleh arkeologi harus dievaluasi secara individual, Karena data arkeologi adalah hasil dari proses perilaku dan transformasional berurutan, selain itu untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dari data yang tersedia, arkeolog harus memahami kedua set proses.
 
 
30.    Matrix, Asal, Dan Asosiasi.
Matriks merujuk pada media fisik yang mengelilingi, memegang, dan mendukung materi arkeologi. paling sering media ini terdiri dari berbagai macam zat tanah, seperti humus, pasir, lumpur, kerikil, dan batu apung. sifat matriks biasanya merupakan petunjuk penting untuk memahami artefak, fitur, atau ecofacts, misalnya artefak pulih dari matriks aluvial (diendapkan oleh air yang mengalir) mungkin telah disimpan oleh tindakan alami dari sungai atau aliran. matriks juga menjadi produk dari kegiatan hunan seperti pengendapan jumlah besar tanah untuk membangun sebuah panggung dari tanah. 
Asal hanya mengacu pada lokasi atau posisi horisontal dan vertikal pada atau di dalam matriks - di mana arkeolog menemukan data. Informasi asal memungkinkan arkeolog untuk merekam (dan kemudian untuk merekonstruksi) asosiasi dan konteks. Asosiasi berbagai jenis data dapat menjadi sangat penting untuk penafsiran peristiwa masa lalu, sedangkan konteks adalah interpretasi makna deposisi artefak dalam hal matriks, asal, dan asosiasi yaitu, di mana itu dan bagaimana hal itu terjadi.
Ada dua macam konteks utama. Konteks utama yang terkait dengan penggunaan adalah hasil dari deposit pada lokasi dimana artifak dibuatb  atau digunakan. Adanya 2 keterkaitan atau lebih antara artifak dengan konteks utama biasanya berarti mereka digunakan dan didepositkan pada waktu yang sama. Konteks kedua tertuju pada suatu kondisi dimana kedua sumber dan matriks telah seluruhnya atau sebagian terpapar oleh proses transformasi. Konteks kedua secara alamiah adalah hasil dari gangguan yang berasal dari apapun selain kegiatan manusia, seperti hewan, akar pohon, atau kejadian alam (gempa, gunung berapi, erosi). Penentuan konteks utama dan konteks yang terkait dengan penggunaan memungkinkan untuk rekonstruksi secara langsung dari tingkah laku kuno. Proses rekonstruksi berjalan lambat karena jumlah banyak kasus adalah kerapuhan dari artifak, keseluruhan area dibagi menjadi persegi. Penemuan dalam suatu persegi haruslah bersih sebelum memulai persegi selanjutnya.
Sebagai hasil Dari proses perekaman sumber  yang hati-hati, dan hubungan antar artifak, sebuah pemandangan kompleks pemakaman yang hampir sempurna bisa di rekonstruksi dengan menggabungkan informasi dari setiap persegi. Penggunaan atau fungsi dari sebuah artifak tidak bisa disimpulkan secara langsung dari kaitannya dengan penyesuaian dari konteks asli. Dalam konteks utama keterkaitan bisa digunakan untuk membuat kronologis sementara  dengan tidak adanya gangguan, kemudian barang yang diasosiasikan dengan sumber  dan dalam  matriks yang sama adalah sementara.


1.    Tumpukan Arkeologi Dialihkan Konteks Utama
Dalam beberapa kasus kegiatan ini menghasilkan tumpukan sampah. Timbunan sampah  adalah daerah khusus untuk pembuangan sampah: mengandung artefak yang biasanya tidak terganggu dari saat deposisi mereka. Tumpukan sampah dapat dikatakan dalam konteks primer, tetapi karena sifat deposisi mereka satu-satunya perilaku masa lalu langsung tercermin dalam penumpukan dan pembuangan. Karenanya jenis konteks primer atau asosiasi dapat digunakan untuk membangun kronologis kesejaman: dengan tidak adanya item gangguan kemudian dikaitkan dengan asal dan matrik kontemporer sementara. Jika timbunan sampah yang digunakan selama periode waktu yang panjang kemudian relativitas posisi dalam deposit (atau dalam strata tertentu tumpukan sampah) dapat digunakan untuk menilai posisi kronologis relatif, sedangkan sekunder konteks (terganggu) terkait dengan membantu arkeolog dalam memahami bagaimana artefak datang untuk asosiasi.
2.    Pengakuan Penggunaan Konteks Sekunder Terkait: Makam Tut-Ankh-Amun
Penggalian makam Firaun Mesir Tut-Ankh-Amun, hasil akhir dari daerah tersebut terganggu ditandai dengan motif yang berbeda dari orang-orang di bagian tidak terganggu. Jika gangguan tersebut belum diakui, asosiasi dan pengaturan artefak pulih mungkin keliru ditafsirkan sebagai mewakili perilaku ritual penguburan. Kemudian interpretasi kronologis bisa muncul untuk menentang logika.
3.    Konteks Sekunder Alami: Ban Chiang, Thailand
Konteks sekunder alami mungkin terjadi ketika menggali satwa, kemudian artefak untuk membuat interpretasi. Misalnya di Ban Chiang, situs di utara Thailand serangkaian penguburan kuno yang disandinkan dengan cara yang sangat kompleks, dengan lubang tumpang tindih. Tapi terpisah dengan unit yang berbeda oleh banyak liang hewan.
31.    Struktur Data Arkeologi
Struktur data arkeologi memungkinkan arkeolog untuk mengambil kesimpulan beberapa jenis aktivitas kuno. Inferensi perilaku prasejarah bergantung pada dua dasar faktor kekelompokan dan pola unit data yang pulih dalam asosiasi,  untuk denda bidang spasial aktivitas kuno (pengelompokan) kelompok  yang menunjukkan beberapa karakteristik fungsional yang konsisten, sebagai antara pola homogen atau heterogen , yang menentukan jenis aktifitas kuno. Langkah terakhir  melibatkan sebuah kesimpulan atau fungsi dari unit data yang tersedia, konsisten kekelompokan dan  pola dari data yang sama berfungsi untuk memperkuat kesimpulan fungsional. Kurangnya pengelompokan atau pola dapat menghambat arkeolog membuat kesimpulan mengenai perilaku prasejarah.
Pada tingkat berikutnya data kelompok mungkin heterogen tetapi secara konsisten bermotif. Kelompok ini mungkin ditafsirkan sebagai menunjukkan dua atau lebih aktivitas yang berbeda yang sering spasial terpisah, reflektif usia atau perbedaan jenis kelamin sebagai refleksi dari catatan arkeologi.

32.    Pendekatan Arkeologi Data Akuisisi
Arkeologi berkaitan dengan mengumpulkan bukti dari perilaku manusia melewati langkah pertama menuju pemahaman perilaku kuno terhadap penelitian dan tujuan umum arkeologi. Realisasi tujuan tersebut membutuhkan penemuan sebanyak mungkin tentang karakteristik atau data. Temuan penelitian yang tidak  lengkap dan kesimpulan tidak falid,  berarti bahwa arkeolog mendapat bukti data yang hanya sebagian dari variasi dalam catatan arkeologi. Dalam arti Data arkeologi selalu tidak representatif: tidak semua perilaku menghasilkan bukti nyata. Pada titik ini kita perlu mempertimbangkan bagaimana arkeologi memilih strategi akuisisi data untuk memaksimalkan kegunaan dari bukti yang tersedia.

33.    Data Keseluruhan Dan Contoh Unit
Data keseluruhan dan contoh unit Langkah pertama dalam akuisisi data adalah mendefinisikan batas-batas wilayah yang sedang diselidiki dalam rangka untuk menempatkan batas praktis pada jumlah bukti yang dikumpulkan. Sebuah wilayah dibatasi investigasi dapat disebut sebagai alam semesta data. Dalam pendekatan regional investigasi membentang di atas alam semesta jauh lebih besar, seperti seluruh lembah atau gunung kisaran mengandung banyak situs individu.
Arkeolog juga harus menarik batas-temporal data yang dicari adalah mereka dari interval waktu tertentu. Jadi salah satu penyidik mungkin berusaha untuk memperoleh data sesuai dengan waktu yang relatif singkat atau bahkan lebih panjang. Setelah ditetapkan, arkeologi data yang semesta dibagi menjadi unit-unit sampel. Sebuah unit sampel adalah unit investigasi itu dapat didefinisikan dengan baik kriteria yang sewenang-wenang atau arbitrer. unit sampel non didefinisikan secara sewenang-wenang sesuai baik ke daerah-daerah alami, seperti mikro-lingkungan.
Entitas budaya, seperti berbagai kelompok data  adalah divisi spasial tanpa relevansi alam atau budaya yang melekat. Contoh yang terakhir termasuk unit sampel didefinisikan oleh sistem sektor koordinat geografis Secara umum, angka yang lebih besar dari yang lebih kecil ukuran unit sampel acak yang lebih baik untuk unit lebih sedikit dari ukuran yang lebih besar.
34.    Total Akuisisi Data
Jumlah Data akuisisi melibatkan penyelidikan semua unit dalam populasi arkeolog tidak pernah berhasil dalam pengumpulan bukti dari alam semesta data yang diberikan teknik baru pemulihan  dan analisis yang terus dikembangkan yang memperluas definisi data. Perubahan dalam definisi masalah penelitian juga mengubah definisi tentang apa yang diamati bahan dan hubungan ulang adalah data.

35.    Contoh Kumpulan Data
Contoh kumpulan data dalam kebanyakan kasus, bagaimanapun hanya sebagian atau sampel dari data yang dikumpulkan dari kolam data arkeologi yang diberikan. Batas dapat untuk sampel pulih sering sebagian ditentukan oleh realitas ekonomi arkeolog jarang memiliki dana untuk mempelajari semua unit potensial.
Chaeologist sangatlah bermanfaat untuk memprediksi sampel ke populasi. Jenis sampel yang di gunakan bisa berupa Sampling Frame dan Sample Size.
1.    Sampling Frame
Cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu memberi kan label pada semua unit dan mengkonversikannya ke daftar.
2.    Sample Size
Cara pengambilan sampel dengan terlebih dahulu menentukan jumlah sampel yang akan diambil. Metode pengambilan sampel jenis ini juga dikenal dengan nama sampling fraction.
Semua jenis sample ini memiliki aturan yang sama, yaitu harus merupakan 20 % dari populasi yang menjadi objek penelitihan. Untuk melakukan pengambilan sampel terdapatnya Metode/skema pengambilan sampel yang terbagi menjadi tiga yaitu :
1.    Sistem random sampling
Metode yang paling dasar pengambilan sampel probabilistik. Random sampling tidak berarti sembarangan dalam pengambilan sampel, tapi bukan berarti bahwa setiap unit dalam bingkai memiliki kesempatan statistik yang sama untuk seleksi.
2.    Systematic Sampling
Dapat digunakan untuk memastikan interval yang sama spasial antara unit sampel, sehingga menghilangkan salah satu potensi masalah yang dihadapi dalam simple random sampling: yang terakhir mungkin menghasilkan konsentrasi berat unit sampel di beberapa daerah penduduk, dengan sedikit atau tidak ada liputan di daerah lain. Metode ini memiliki tata aturan tersendiri mengenai ukuran sample yang harus di dapat yaitu sampel yang di dapat harus merupakan 25 % dari suatu populasi.
3.    Stratified Sampling
Metode ini terkenal juga dengan Sampling Strata membagi jenis sampel yang di dapatnya menjadi dua yaitu blades dan non blades. Ukuran sampelnya pun terbagi menjadi dua jenis yaitu Proportional dan Disproportional.

Dengan data apapun, arkeologi mencoba untuk mendapat data dengan rentang waktu yang jauh untuk mengetahui perilaku atau budaya manusia pada waktu itu. Pada arkeologi penelitian kebanyakan lebih condong pada suatu hal yang menonjol ataupun spektakuler pada waktu itu. Untuk saat ini bagaimanapun tujuan penelitian yang spesifik untuk mempelajari arkeologi dengan sebanyak mungkin.















Rangkuman
1.    Definisi Arkeologi
Arkeologi berasal dari dua kata, yaitu arkeo dan logos. Arkeo berarti benda-benda kuno atau materi, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi dapat disimpulkan bahwa arkeologi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda kuno. Letak perbedaan antara arkeologi dengan sejarah adalah berupa bukti rekonstruksinya, rekonstruksi arkeologi berasal dari benda-benda kuno sedangkan sejarah berasal dari bukti tertulis, seperti arsip dan babat.

2.    Metode
Arkeologi memiliki metode untuk merekontruksi peristiwa, diantaranya :
1.    Bukti, berupa benda kuno sebagai sumber utama rekonstruksi peristiwa.
2.    Cara, merupakan langkah yang digunakan untuk merekonstruksi peristiwa.
3.    Teori, digunakan untuk memperkuat penelitian.
4.    Interpretasi, penafsiran dari bukti untuk membentuk rekontruksi yang jelas.

3.    Sumber Data
1.    Artefak adalah bagian situs yang terlepas karena rusak atau gejala alam.
2.    Feature adalah benda alam yang bekas aktivitas dimana alam digunakan sebagai tempatnya.
3.    Ekofak adalah peninggalan masa lalu berupa sisa tulang hewan dan sisa makanan manusia.
4.    Situs adalah gabungan dari beberapa artefak, feature, dan ekofak.
5.    Kawasan atau Daerah adalah gabungan dari beberapa situs.

4.    Sejarah Arkeologi
Arkeologi muncul dari negara Denmark dimana terdapat kelompok pengumpul barang-barang antik (antiquiran). Kemudian barang-barang antik tersebut diklasifikasikan berdasarkan bentuk, bahan, dan keantikannya. Sejak saat itu muncul beberapa pendapat para ahli tentang pengelompokan benda antik, seperti J.Thompson yang mengelompokkan benda antik menjadi dua yakni batu (paleolitik) yang kemudian dibagi menjadi batu kasar dan batu halus serta benda logam (metalik). Kemudian disusul pendapat yang lain diantaranya Charles Yafin. Sehingga benda-benda kuno yang dikelompokkan dengan tujuan tidak untuk kesenangan mengoleksi (hobby) tetapi sebagai ilmu yang disebut Arkeologi.

5.    Tujuan Arkeologi
1.    Mengklasifikasikan bentuk kebudayaan material masa lampau berdasarkan ciri fisik dan lingkungannya.
2.    Menjelaskan fungsi artefak dengan menggunakan analisis bentuk dan hubungan dengan benda lain yang sejenis.
3.    Memahami proses budaya.


6.    Fungsi Arkeologi
1.    Form (Bentuk-bentuk)
Benda kuno yang ditemukan diklasifikasikan berdasarkan bentuknya. Kemudian ditentukan waktu yang hampir sama dan luasan ruangannya.


2.    Function (Fungsi)
Digunakan untuk mengetahui fungsi dari suatu benda melalui analisis bentuk dengan hubungan antara benda disekitarnya.
3.    Process (Proses)

Digunakan untuk mengetahui perkembangan kebudayaan yang ada sesuai dengan penemuan bukti benda kuno.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar